Blog Ki Slamet 42: Guru SMPIT Annur Cimande Menulis
Minggu, 07 Juni 2020 - 22.03 WIB
Minggu, 07 Juni 2020 - 22.03 WIB
Imam Mahdi\ |
“DATANGNYA IMAM
MAHDI 5,6,7”
By Ust. Abdurrahim
5. Imam Mahdi dari Keluarga Rasulullah SAW
Banyak pendapat yang
mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah seorang laki-laki dari keluarga Rasulullah
SAW dari anak cucu Hasan bin Ali, yang keluar di akhir zaman saat dunia
dipenuhi ketidakadilan dan kezalimam. Lalu, ia mengisinya dengan keadilan.
Mayoritas hadits pun menunjukkan hal ini. Keberadaan Imam Mahdi berasal dari
keturunan Hasan memiliki rahasia yang lembut. Yaitu, Hasan RA menyerahkan
kepemimpinan kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan paska perang Shiffin demi
kemaslahatan umat Islam. Karena itu, Allah memberi keturunannya kekhalifahan
yang menjamin keadilan yang memenuhi duni. Ini merupakan sunnah Allah yang
berlaku bagi hamba-hamba-Nya; siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah,
maka Allah akan memberinya atau keluarganya sesuatu yang lebih baik dari yang
ditinggalkannya. Kondisi ini tidak ada pada Husain AS. Sebab ia menginginkan
kekhalifahan, beperang untuknya, namun tidak berhasil mendapatkannya.
Namun, ada pula
pendapt yang mengatakan bahwa Iman Mahdi akan lahir dari keturunan Hasan dari
pihak ayah dan Husain dari pihak ibu. Dan ada pula yang berpendapat bahwa Imam
Mahdi berasal dari keturunan Husain dari pihak ayah dan Hasan dari pihak ibu.
6.
Kondisi
Umat Islam Pada Masa Imam Mahdi
Pada saat Imam Mahdi
akan muncul, dunia sedang dilanda pertempuran dahsyat. Peperangan besar
tersebut terjadi antara umat Islam dan bani Ashfar (banga Eropa, Amerika, dan
Australia). Tapi, karena suatu peristiwa akhirnya mereka mengkhianati perjanjian
damai itu dan mengadakan permusuhan terhadap umat Islam. Hal tersebut,
didasarkan pada sabda Rasulullah SAW:
“Wahai Auf, ada enam perkara rebelum terjadi kiamat;
kematian nabi kalian, penaklukan Baitul Maqdis, kemudian kematian massal akibat
penyakit qu’as seperti kambing terkena penyakit qu’as, harta benda berlimpah
sehingga apabila seseorang diberi gaji seratus dinar maka ia akan kesal,
kemudian bani Ashfar datang kepada kalian di bawah 80 bendera dimana setiap
bendera menghimpun dua belas ribu pasukan.” (HR.
Bukhari, Ahmad, dan Thabrani dari Mu’az)
Dalam riwayat lain
dikatakan:
“Dan terjadi perjanjian damai di antara kalian dan bani
Ashfar, kemudian mereka mengkhianati kalian lalu mereka mendatangi kalian
dengan kekuatan delapan puluh bendera, di mana setiap bendera menghimpun dua
belas ribu pasukan.” (HR. Bukhari)
Ada pun kisah
pengkhianatan tersebut, secara detail dikabarkan dalam hadits berikut:
“Kamu akan berdamai dengan bangsa Rum dalam keadaan
aman, kemudian kamu dan mereka akan memerangi suatu musuh dari belakang mereka.
Dan kamu akan menang, mendapatkan harta rampasan, dan pergi dengan selamat
hingga tiba di sebuah padang rumput yang luas dan berbukit-bukit. Maka, seorang
laki-laki dari kaum salib mengangkat tanda salib seraya berkata, “Salib telah
menang.” Lalu seorang laki-laki dari kaum muslimin berkata,”Sebaiknya Allah-lah
yang menang.” Lalu keduanya bergulat di antara mereka, lalu orang muslim itu
cepat meraih salib mereka lalu memecahkannya. Kemudian orang-orang Rum itu
menyambar pecahan salib itu dan membunuhnya. Kemudian orang-orang muslim
menyambar senjata-senjata mereka dan berperang. Lalu Allah ‘Azza wa jalla
memuliakan sisa kaum muslimin itu dengan kesyahidan. Lalu orang-orang Rum
berkata kepada teman Rum itu, “Kami telah membalaskanmu terhadap orang Arab
itu.” Lalu mereka berkhianat, menghimpun kekuatan, dan mendatangi kalian di
bawah 80 bendera, di mana di bawah tiap-tiap bendera terdapat dua belas ribu
orang tentara.” (HR. Bukhari –
Muslim)
Dalam
pertempuran-pertempuran tersebut, umat Islam mengalami kekalahan hingga hanya
tersisa dalam jumlah yang sangat sedikit. Akhirnya, mencari perlindungan ke
Mekah dari keberkahan Ka’bah. Kemudian, datanglah pasukan kiriman dari arah
Syam untuk mengejar mereka yang tinggal sedikit. Namun, justru mereka
dibenamkan Allah di sebuah padang pasir bernama Baida’. Hal ini sesuai dengan
riwayat shahih dari Aisyah RA:
“Tubuh
Rasulullah SAW, bergetar saat tidur. Lalu kami bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah
yang terjadi di dalam tidurmu sesuatu yang belum pernah kamu lakukan?’ beliau
menjawab, ‘Heran, ada kelompok umatku menuju Ka’bah untuk mengejar seseorng
laki-laki dari Quraisy yang mencari perlindungan di Ka’bah. Hingga ketika
mereka tiba di Baida’ (sebuah padang pasir),
mereka dibenamkan. Maka kami bertanya, “Ya Rasulullah, jalan itu dilalui
bermacam-macam orang’. Rasulullah pun menjawab,
‘Benar’. Di antara mereka ada yang sengaja pergi untuk berperang, ada yang
dipaksa pergi berperang, dan ada yang sedang dalam perjalanan. Mereka binasa
dalam satu waktu dan tempat yang sama, sedangkan mereka berasal dari arah
(niat) yang berbeda-beda. Allah akan
membangkitkan mereka (pada hari berbangkit) menurut niat mereka masing-masing.” (HR. Muslim)
Pada saat kondisi
seperti itu, Allah memberi mereka pertolongan dengan memunculkan pemimpin yang akan memenuhi dunia dengan keadilan. Kisah pengangkatan Imam
Mahdi dimulai dari perselisihan kaum muslimin ketika seorang khalifah
meninggal. Mengenai siapa yang akan menggantikannya, tiba-tiba ada seorang
lelaki Quraisy datang dari Madinah menuju Mekah untuk mencari perlindungan di
Ka’bah. Selanjutnya mereka mendatangi orang ini dan membaiatnya di antara rukun
Ka’bah dan Maqam Ibrahim AS sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:
“Akan
terjadi perselisihan ketika seorang khalifah meninggal. Laku keluarlah seorang
laki-laki dari penduduk Madinah pergi ke Mekah. Maka, orang-orang mekah
menemuinya dan membawa laki-laki tersebut dengan paksa. Kemudian mereka
membaiatnya antara sudut Ka’bah dan maqam Ibrahim.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud dari Ummu Salamah)
Pertanda yang paling
penting untuk mengetahui Imam Mahdi adalah terbenaamnya pasukan musuh umat
Islam di Baida’. Sebab, peristiwa itu bersamaan waktunya dengan bai’at umat
Islam terhadap Imam Mahdi. Pada saat itulah kaum muslimin tahu yang mereka
bai’at itu adalah Imam Mahdi. Inilah Imam Mahdi yang menjadi pertanda dekatnya
hari kiamat.
7.
Masa
Imam Mahdi di Bumi
Imam Mahdi menguasai
pemerintahan di dunia tidak lebih dari 7 tahun. Beliau kelak akan dipanggil
(diwafatkan) oleh Allah di Kufah, tapi dipanggilnya Imam Mahdi adalah setelah
terlibat pertempuran dengan Dajjal dan setelah bertemu dengan Nabi Isa AS. Hal
tersebut, didasarkan pada Sabda Rasulullah SAW:
“Dan
ia (Imam Mahdi) menetap selama tujuh tahun .” (HR. Abu Dawud)
Setelah itu,
datanglah Dajjal, lalu turunlah Nabi Isa AS. Kemudian, Imam Mahdi dan Nabi Isa
AS berjuang bersama mengalahkan Dajjal. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Dan
setelah itu turunlah Dajjal, kemudian turunlah Nabi Isa AS. Lalu Naabi Isa dan
Imam Mahdi saling tolong menolong untuk membunuh Dajjal. Lalu Imam Mahdi
meninggal dunia dan orang-orang Islam pun menyembahyangkan jenazahnya.”
Jadi, Imam Mahdi
akan berada di bumi kurang lebih tujuh tahun. Selama masanya di bumi tersebut,
imam Mahdi akan berjuang dengan Nabi Isa AS untuk membunuh Dajjal.
~ KSP 42 ~
Minggu, 07 Juni 2020
– 16.08 WIB
R e f e r e ns i :
Ust. Abdurrahim,
‘Dajjal, Imam Mahdi
dan Nabi Isya”
Sandro Jaya Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar