Jumat, 31 Januari 2020

The Liang Gie: FILSAFAT KEINDAHAN 8" ( FILSAFAT SENI )

Blog Ki Slamet 42 : Guru SMPIT Annur Cimande Menulis
Sabtu, 01 Febuari 2020 - 08.51 WIB


8.  F I L S A F A T  S E N I

A.           Lingkupan
Filsafat seni merupakan salah satu cabang dari rumpun estetik filsafati yang khusus menelaah tentang seni.  Lucius Garvin memberikan batasan tentang filsafat seni sebagai “the branch of philosopy  which deals with the theory of art creation, art experience, and art criticism”. (cabang filsafat yang berhubungan dengan teori tentang penciptaan seni, pengalaman seni dan kritik seni). Sedang definisi Joseph Brennan  merumuskannya sebagai  “the study of general principles of artistic creation and appreciation.” ( Penelaahan mengenai asas-asas umum dari penciptaan dan penghargaan seni).

Persoalan-persoalan pokok dalam filsafat seni meliputi antara lain :
1)           Pengertian seni. Pertanyaan yang paling sering dikemukakan oleh para filsuf ialah “What is art” ( Apakah seni itu?” ). Pertanyaan itu pernah dirungkkan sehingga berbunyi; Can “art” be defined? ( Dapatkah “seni” didefinisikan? ).
2)           Penggolongan jenis-jenis seni
3)           Susunn seni. Ini mencakup problem-problem yang lebih terperinci tentang:
a.      Pokok soal dan tema
b.      Bahan dan unsur
c.       Organisasi dan styl
4)           Nilai-nilai dari seni

Terhadap kumpulan persoalan di atas masih dapat ditamahkan teori-teori mengenai asalmula seni, sifatdasar seni dari seni, bentuk dan pengungkapan dalam seni serta pelbagai teori sejarah seni.

B.           Pengertian Seni
Persoalan “Apakah seni itu?” telah dijawab oleh para filsuf dan ahli estetis sepanjang masa dengan puluhan definisi yang berbeda-beda. Tapi apabila pelbagai batasan itu diteliti, menurut hemat penulis ada 5 jawaban mengenai pengertian seni, yakni seni sebagai :
1.            Kemahirann (skill)
2.            Kegiatan manusia (human activity)
3.            Karya seni (work of art)
4.            Seni indah (fine art)
5.            Seni penglihatan (visual art)

1.            Penertian Seni Sebagai Kemahiran (skill)
Pengertian seni sebagai suatu kemahiran seseorang adalah sesuai dengan asalusul kata ‘art’ yang berasal dari kata Latin ‘ars’ yang berarti kemahiran. Kata Latin itu masih mempunyai akar lebih lanjut, yakni ‘ar’ yang artinya menyambung atau menggabungkan. Untuk pengertian kemahiran itu Bangsa Yunani Kuno memakai kata ‘techne’ yang kini menjadi tehnik. Jadi dari sudut etimologi art dapat diartikan sebagai suatu kemahiran dalam membikin barang-barang atau mengerjakan sesuatu. Arti ini masih terlihat sampai sekarang pada buku-buku yang berjudul ‘The Art of Capentry’ (Seni Pertukangan Kayu) atau ‘The Art of Cooking’ (Seni Masak-memasak).
Pengertian seni yang pertama ini ditegaskan antara lain oleh William Flemming (Encyclopedia Britanica) sebaga berikut :

“ART, in its most meaning, signifies a skill or ability. This definition holds true for its Lating antecedent, ars, as well as its German equivalenn, Kunst (derived from können, “to be able”).”
( SENI, dalam artinya yang palin dasar berarti suatu kemahiran atau kemampuan. Batasan ini memang benar untuk kata asalnya Latin ars maupun kata padanannya Jerman Kunst, (diturunkan dari können, bisa. )

Pengertian seni sebagai kemahiran kini umumnya dilawankan dengan ilmu (science). Sering dikatakan bahwa ilmu mengajar seseorang untuk mengetahui dan seni mengajar seseorang untuk berbuat, keduanya saling melengkapi. Sebagai misal astronomi adalah ilmu dan pelayaran adalah seni. Dalam hubungan ini dapat ditambahkan bahwa Aristoteles menganggap seni sebagai ilmu atau pengetahuan tentang asas-asas yang terlibat dalam pembuatan benda-benda yang indah atau berguna. Pendapat ini juga sesuai dengan konsepsi ‘techne’ dari Bangsa Yunani dulu yang mencakup kegiatan menuntut ilmu baik yang teoritis maupun praktis.

2.            Pengertian Seni Sebagai Kegiatan manusia (human activity)
Pengertian seni sebagai kegiatan manusia yang adalah suatu proes seringkali dicampuradukkan dengan benda atau produk sebagai hasil kegiatan itu. Jadi seni sering diartikan pula karya seni ( work of art atau artwork). Ini merupakan pengertian ketiga dan terjadi sebagai akibat dari adanya dwipembagian proses dan produk (process –product dichotomy) pada pelbagai hal. Untuk mencegah kesalahpahaman sesungguhnya lebih baik kalau seni dipakai dalam arti kegiatan manusia, sedang hasil aktivita itu disebut karya seni. Hal ini sudah disadari dalam definisi Raymond Piper. Ahli estetis yang mengemukakan pengertian seni yang ketiga ini antara lain adalah John Hospers. Beliau mencatat :
“In its broadest sense, art includes everything that is made by man, as pposed to the workings of nature.” ( “Dalam arti yang seluas-luasnya, seni meliputi setiap benda yang dibikin oleh manusia untuk dilawankan dengan benda-benda dari alam.)

Dari perumusan di atas ternyata pula bahwa pengertian seni sebagai karya ciptaan manusia dilawankan dengan benda-benda alamiah.

3.            Pengertian Seni Sebagai Karya seni (work of art)
Pengertian seni sebagai kegiatan manusia yang adalah suatu proes seringkali dicampuradukkan dengan benda atau produk sebagai hasil kegiatan itu. Jadi seni sering diartikan pula karya seni ( work of art atau artwork). Ini merupakan pengertian ketiga dan terjadi sebagai akibat dari adanya dwipembagian proses dan produk (process –product dichotomy) pada pelbagai hal. Untuk mencegah kesalahpahaman sesungguhnya lebih baik kalau seni dipakai dalam arti kegiatan manusia, sedang hasil aktivita itu disebut karya seni. Hal ini sudah disadari dalam definisi Raymond Piper. Ahli estetis yang mengemukakan pengertian seni yang ketiga ini antara lain adalah John Hospers. Beliau mencatat :

“In its broadest sense, art includes everything that is made by man, as pposed to the workings of nature.”
( “Dalam arti yang seluas-luasnya, seni meliputi setiap benda yang dibikin oleh manusia untuk dilawankan dengan benda-benda dari alam.)

Dari perumusan di atas ternyata pula bahwa pengertian seni sebagai karya ciptaan manusia dilawankan dengan benda-benda alamiah.

4.            Pengertian Seni Sebagai Seni Indah (fine art)
Pengertian seni yang keempat menyempitkan artinya sehingga menjadi seni indah (fine art). Pengertian ini dipakai misalnya oleh ahli estetik Yervant Krikorian. Dalam buku  A Glossary of Art Terms, seni indah dinyatakan sebagai “that art which is is principally conserned with the production of work of aestheticsignificanse as distinct from useful or applied art which is utilitarian in intention” (seni yang terutama bertalian dengan pembikinan benda-benda dengan kepentingan estetis sebagaimana berbeda dari seni berguna atau terapan yang maksudnya untuk kefaedahan). Sampai dewasa ini seni indah itu mencakup seni luki, seni pahat, seni arsitektur, seni tari, seni musik, seni sastra, seni teater dan seni film. Kini telah lazim seni indah dilawanka dengan seni berguna (useful art) yang kadang-kadang disebut pula applied art (seni terapan). Practical art (seni praktis), mechanical art (seni mekanis) atau technical art (seni tehnis). Contoh karya seni berguna ialah  pakaian, senjata dan mobil yang juga indah bentuknya tapi terutama dipergunakan untuk keperluan-keperluan praktis.
Akhirnya pengertian seni dipersempit lebih lanjut sehingga tidak berarti seluruh jenis seni indah tersebut di atas, melainkan hanya seni indah yang khusus untuk dilihat. hal ini ternyata dari karangan Eugene Johnson (“Art”) yang menyatakan :

“However as most commoly used today , art means the visual arts, those areas of artistic creativity that seek to communicate primarily througgh the eye.”
( Tapi sebagaimana paling umum dipergunakan dewasa ini, seni berarti seni-seni penglihatan, yaitu bidang-bidang kreativita seni yang bermaksud mengadakan tata hubungan pertama-tama melalui mata).

Seni-seni penglihatan itu terdiri dari seni lukis, pahat dan arsitektur.  Herbert Read (The Meaning of Art ) juga menyatakan bahwa kata ‘seni’ paling lazim dihubungkan dengan seni-seni yang bercorak penglihatan atau plastis (yang  menciptakan bentuk-bentuk seperti misalnya dengan tanah liat).” 
Masih banyak perumusan-perumusan lainnyaa tentang seni misalnya “Art i an expression of feeling through a mediun” (Seni adalah sebuah pengungkapan dari perasaan melalui suatu sarana ) atau “Art is an exploration of through a sensuous presentation” (Seni adalah sebuah penjelajahan dari realita melalui suatu penyajian inderawi) yang lebih banyak merupakan teori-teori tentang sifat dasar seni.

C.           Penggolongan Seni
Seperti halnya pengertian dan bahasa seni yang beranekawarna, penggolongan seni juga bermacam-macan sesuai dengan ukuran yang dipergunakan masing-masing ahli estetik. Pertama-tama dalam sejarah seni sejak zaman Yunani Kuno sampai zaman Romawi dan abad tengah orang membedakan antara :
a)            Vulgar arts (seni kasar)
b)           Liberal art (seni bebas)
Seni kasar seperti misalnya pertukangan kayu dianggap hanya cocok untuk orang-orang yang menjadi bujang. Sedang seni bebas terkenal dalam bahasa Latin; artes liberales, artinya seni-seni untuk orang-orang bebas dianggap perlu untuk pendidikan para warga kota/negara yang mempunyai kedudukan merdeka. Dalam sebuah buku pegangan yang ditulis  oleh Martianus Capella (sekitar tahun 460) liberal arts itu diajarkan sebagai kemahiran obyective (obyektive skills) yang jumlahnya 7 dan dibagi menjadi 2 kelompok dengan nama :

a.            Quadrivium (empat serangkai), meliputi :
1)     Aritmetik
2)     Geometrik
3)     Astronomi
4)     Musik (teori harmoni)
b.            Trivium (tiga serangkai), yaitu :
1)     Tata bahasa
2)     Dialektik (logika)
3)     Retori (seni pidato yang indah).

Sejak dulu orang sudah mengenal seni  lukis, seni pahat, seni arsitektur, seni musik, seni tari dan seni sajak. Kelompok pelbagai jenis seni ini dalam abad 18 di Perancis diberi istilah umum ‘les beaux arts’ (yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi ‘fine art’). Yang berjasa dalam hal ini ialah ahli estetik Charles Batteaux (1713-1780). Fine art dilawankan dengan ‘useful art’ sehingga kini terdapat dwi-pembagian seni dalam seni indah dan seni berguna.

Dwi-pembagian yang serupa dilakukan pula orang tapi dengan istilah-istilah yang lain, yakni :
1)           Major arts (seni besar)
Meliputi seni lukis, pahat, arsitektur, musik dan kesusastraan.
2)           Minor arts (seni kecil)
3)           Mencakup pelbagai seni seperti perabotan kayu, tembikar, permadani, ukiran manikam, perhiasan emas-perak, kerajina kulit kulit dan pembuatan sebangsa medali. Oswald Külpe  menganggap kelompok seni ini berkedudukan di tengah-tengah antara seni indah dan seni berguna, yakni sebagai seni hias (decoration) yang mengabdi segi kegunaan.

Dengan berkembangnya konsepsi tentang fine art yang khusus dikaitkan dengan ide keindahan atau kini pengalaman manusia yang bersorak estetis, maka penggolongan selanjutnya berpusat pada seni indah itu. Dari segi pencerapan indrawi, macam medium (bahan) dan perpaduan unsur-unsurnya, Oswald Külpe membagi seni indah secara terperinci sebagai berikut :

A.     Seni Penglihatan (Visual Arts)

1.      Dua dimensi, meliputi garis, cahaya, warna, bentuk dan gerak :
a.      Tanpa gerak : seni lukis dan gambar
b.      Dengan gerak : seni film dan seni kembang api.
2.      Tiga dimensi :
a.      Tanpa gerak : seni pahat dan seni ukir
b.      Dengan gerak : seni tari, seni pantomime (tanpa musik)

B.      Seni Pendengaran (Auditory Art)

1.      Dengan nada :
a.      Dari alat tunggal : seni musik biola, piano dan instrumen lainnya
b.      Dari alat majemuk : seni orkes simphoni dan band
2.      Dengan kata :
a.      Berirama : seni puisi, pantun, sajak, prosa liris
b.      Tak berirama : seni prosa
3.      Perpaduan nada dan kata : seni nyanyian dan tembang.

C.     Seni Penglihatan-Pendengaran ( Visual-Auditory Arts )

1.      Dengan gerak dan nada : seni tari dengan musik (choreographic art)
2.      Dengan gerak, pemandangan dan kata ; seni drama
3.      Dengan gerak, pemandangan, kata dan nada : seni opera

Berdasarkan corak irama dan macam bahan Dr J. B. Knipping ( “Aesthetica”, dalam E. N. S. I. E ) mengadakan pembagian berikut yang isinya hampir sama dengan di atas hanya susunannya berbeda.
A.     Irama Statis

1.      Dengan bahan yang menentukan ruang :
a.      Benda mati (misalnya batu) : seni arsitektur
b.      Benda hidup (misalnya pohon) : seni pertanaman
c.       Perpaduan benda hidup dan mati : seni alam indah dan seni perencanaan tata kota.
2.      Dengan bahan yang menentukan massa : seni pahat
3.      Dengan bahan yang menentukan permukaan : seni lukis.

B.      Irama Dinamis
1.      Dengan gerak dalam ruang : seni tari
2.      Dengan suara : sandiwara
a.      Kata : seni sastra
b.      Nada : seni musik
c.       Kata dan nada : seni musik,
3.      Dengan gerak dalam permukaan (gambar yang dipancarkan): film.

Dalam masing-masing cabang seni di atas masih ada persoalan klasifikasi lebih lanjut, misalnya seni prosa  meliputi ragam  atau type apa saja (umumnya novel), roman sejarah, cerita pendek). Ragam dalam seni itu dalam  istilah asing disebut genre dan merupakan problem cukup sulit yang menyangkut pelbagai teori. Dalam perkembangan seni hingga sat ini penggolongannya tidaklah beku, melainkan juga berkembang terus. Penggolongan atau pembedaan yang lama sebagian berangsur-angsur  mengendur, sedang pembagian seni yang baru mulai muncul. Misalnya perbedaan antara seni dan kerajinan tampaknya mulai berkurang. Sebaliknya sebagian ahli estetik kini melihat adanya kemungkinan untuk membedakan seni menurut sifat konkrit atau abstraknya dan berdasarkan taraf kebendaan atau kerokhaniannya.

C.           Susunan Seni
Setiap karya seni senantiasa merupakan ramuan dari sejumlah unsur-unsur yang bersama-sama menyusun menyusun dan mewujudkan karya itu. Dari sudut ini maka terhadap suatu karya seni dapatlah dipersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang berikut :

a)            Karya itu mengenai apa?
Jawaban terhadap “apa” itu menjadi pokok soal (subject matter) dari karya seni tersebut. pada karya-karya tertentu terutama karya sastra kadang-kadang terdapat tema atau ide pokok yang menjadi landasannya.
b)           Karya itu terbikin dari apa?
Ini merupakan persoalan tentang bahan atau material dari karya seni tersebut. Dari material itu dapat disimpulkan unsur-unsur tertentu yang merupakan kwalita dari bahan yang bersangkutan.
c)            Karya itu bagaimana cara menyusunnya?
Ini merupakan problem pengorganisasian dari bahan dan segenap unsurnya sehingga merupakan suatu kebulatan yang utuh. Kebulatan itu mencerminkan kepribadian dari karya seni tersebut yang lazimnya dikenal sebagai styl.

Pokok soal dari suatu karya seni ialah apa saja yang disajikan dalam karya seni itu. Dalam contoh gambar 4 seni ukir karya Katsushika Hokusai di bab sebelumnya pokok soalnya adalah ombak laut yang besar. Dalam sebuah novel misalnya yang menjadi pokok soal adalah seseorang atau lebih tokoh dengan segenap perbuatan dan nasibnya yang jalin menjalin merupakan isi cerita dari karya sastra itu. Selain pokok soal kadangkala ditamkan pula sesuatu tema atau dalil yang hendak dijadikan dasar atau dipertahankan. Misalnya cerita wayang senantiasa mempunyai tema bahwa pihak yang baik pada akhirnya pasti menang. Dalam novel-novel tertentu termuat dalil bahwa manusia selalu terperangkap dalam pusaran kemalangan yang menguasai jalan hidupnya dari mana ia tidak mungkin meloloskan dirinya. Tapi tidak semua jenis karya seni mempunyai pokoksoal dan tema, misalnya pada umumnya musik instrumental tidak memiliki pokok soal dan tarian tidak bertema. Bahkan dalam perkembangan terakhir dibuat pula karya pahatan tanpa pokok soal seperti pada contoh di bawah ini yang dibuat oleh seniman pemahat Henry Moore yang diberi judul “Two Forms” (Dua Bentuk), tapi penontonnya tidak diharapkan membayangkan mengenai apa karya seni itu.

Gambar 5 “Two Forms”
Karya pahatan tanpa “pokok soal “karya
Henry Moore

Material atau bahan dari karya seni dalam bahasa asing disebut medium. Medium seni senantiasa berupa sesuatu yang konkrit, misalnya karya pahatan terbuat dari kayu, batu atau logam, sedang sebuah lukisan terbikin dari kanvas dan bahan cat. Selanjutnya berbeda dengan pokok soal di atas, medium seni merupakan unsur yang mutlak, karena tanpa material takkan ada karya seni. Dan akhirnya medium seni itu umumnya tidak bersifat serbaguna. Setiap jenis seni mempunyai mediumnya sendiri yang tidak dapat bisa dipakai untuk membuat lagu, sebaliknya nada yang merupakan medium dari seni musik tidak mungkin digunakan untuk menciptakan patung. Dan seterusnya perunggu untuk seni paha tak dapat menghasilkan sajak yang mediumnya adalah kata-kata. Asas yang demikian ini dinamakan Materialgerechtigkeit ( asas berbuat adil pada sifat dari bahan ) dan merupakan ajaran kemurnian (purist doctrine) tentang medium yang dikemukakan oleh kritikus dan filsuf seni Jerman Gotthold Lessing (1729-1781). Beliau berpendapat bahwa seni penglihatan menyangkut ruang dan seni pendengran menyangkut waktu yang mengakibatkan perbedaan mediumnya.

Setiap medium seni mempunyai kwalita atau ciri-ciri yang walaupun hanya dapat diketahui dalam medium itu tapi berkedudukan bebas. Kwalita atau ciri-ciri itu disebut unsur-unsur seni (elements of art) dan bersifat abstrak. Unsur-unsur seni lukis misalnya ialah warna, garis dan perspektif, dari seni pahat misalnya adalah volume, relief dan perimbangan , sedang irama, keselarasan dan tempo merupakan unsur-unsur dari keselarasan dan tempo merupakan unsur-unsur dari seni musik. Perbedaan antara medium dan unsur itu acapkali diabaikan dalam pembahasan tentang seni.

Dalam setiap karya seni medium berikut unsur-unsurnya itulah yang disusun dan distupadukan sehingga menjadi sebuah kebulatan yang utuh. Pengorganisasian itu harus mengandung makna dan menarik sehingga terjelma apa yang dikenal sebagai bentuk (form) dari karya seni. Dalam hal ini bentuk bukanlah berarti sesuatu bangun geometri, melainkan organisasi menyeluruh yang tersusu dari keseluruhan hubungan satu sama lain di antara unsur-unsur seni itu. Bentuk itu dapat dibedakan dalam form in-the-large (bentuk-besar) dan form-in-the-small (bentuk-kecil). Bentuk besar menyangkut organisasi dari suatu karya seni sebagai keseluruhan, sedang bentuk kecil mengenai organisasi dari masing-masing bagiannya. Bentuk besar dikenal juga sebagai structure dan bentuk kecil disebut texture. Sebagai contoh dapatlah dilihat lukisan terkenal dari pelukis Italia Raphael (Raffaello Sanzio) yang termasyhurdi bawah ini.
Gambar 6
“Sistine Madonna”
Lukisan cat karya Raphael ( 1483 – 1520 )

Dari gambar skets  yang dibuat oleh Gordon Gilkey dapat ditunjukkan pengorganisasian  dari garis-garis, tokoh dan unsur-unsur lainnya sebagai kesatuan organis yang mewujudkan lukisan (dengan pokok soal dan tema tertentu). Keseluruhan hubungan dari unsur-unsur itu merupakan struktur karya seni tersebut, sedang tiap-tiap jajaran genjang yang membuat masing-masing figur adalah texture (bentuk-kecil). Pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa lukisan di atas menerapkan pula asas variasi, asas keseimbangan (antara bagian atas dengan bawah dan bagian kanan dengan kiri) maupun asas tatajenjang (yakniadanya tokoh yang memegang kedudukan memimpin yang secara menonjol diletakkan di tengah-tengah bagian atas).

D.          Nilai Seni
Karya seni sebagai hasil ciptaan manusia mempunyai nilai-nilai tertentu untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sekiranya tidak memiliki nilai-nilai itu karya seni takkan diciptakan manusia dan seni tidak mungkin berkembang sejak dulu sampai mencapai kedudukannya  dewasa ini yang demikian universal dan tinggi. Dilihat dari sudut mediumnya maka suatu karya seni mempunyai nilai inderawi (sensous value) dan nilai bentuk (formal value). Nilai inderawi menyebabkan seseorang pengamat menikmati atau memperoleh kepuasan dari ciri-ciri inderawi yang disajikan oleh suatu karya seni, misalnya dari warna-warna yang terpancar dari sebuah lukisan atau kata-kata yang indah terdengar dalam suatu deklamasi sajak. Dari nilai inerawi orang meningkat pada nilai bentuk, yakni menghargai atau mengagumi bentuk-besar dan pelbagai bentuk-kecil dalam karya seni yang bersangkutan. Struktur atau organisasi menyeluruh dari unsur-unsur karya seni itu dapat dinikmati atau menimbulkan pengamalan estetis apabila disusun berdasarkan antara lain asas-asas kesatuan utuh, variasi dan keseimbangan.

Sebuah nilai lain dari seni disebutkan oleh seorang filsuf wanita Susan Langer (Philosophical Sketches ) sebagai cognitive value (nilai pengetahuan). Kalu bahasa mengakibatkan manusia menyadari benda-benda di sekelilingnya dan hubungannya dengan benda-benda itu, maka seni membuat orang sadar akan realita subyektif, pengalaman interen dan perasaannya. Pengetahuan tentang diri sendiri serta pemahaman terhadap segenap tahap kehidupan dan jiwa dalam diri sendiri timbul dari pengkhayalan seni. Ini merupakan nilai pengetahuan dari karya-karya seni.

Karya seni memiliki pula nilai yang dapat disebut nilai kehidupan (life value). Ini ialah pelbagai nilai dari kehidupan manusia  di luar seni yang diteruskan atau disebarluaskan melalui medium dari karya seni, seperti umpamanya ide, tema atau dalil keadilan yang diselipkan dalam suatu karya sastera. Juga pelbagai pengaruh dari seni terhadap kehidupan pribadi atau peranan pendidikannya pada kesanggupan orang untuk mencerap, merasa dan menilai secara lebih halus merupakan life value itu. Leo Toltoy setelah bergumul selama 37 tahun dengan pertanyaan ‘Untuk apakah seni itu?’ membarikan jawabnya bahwa pertumbuhan perasaan manusia berlangsung dengan perantaraan seni dan hanya seni itulah yang dapat mengesampingkan kekerasan atau kebuasan.


    Ki Slamet 42  
Sabtu, 01 Febuari 2020 – 07.49 WIB
R e f e r e n s i :
The Liang Gie, GARIS BESAR ETETIK (Filsafat Keindahan)
Fakultas Fisafat Universitas Gajah Mada, Jogyakarta 1976

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"P U A S A" By Syaikh Abu Malik Kamal bin As Sayyid

http://kertasinga.blogspot.com-Senin, 05 April 2021-13:02 WIB Definisi Shiyam) 1 Shiyam dan shaum secara bahasa adalah menahan diri dari...

"KONTEN ENTRY BLOG"