Selasa, 21 Januari 2020

"FILSAFAT KEINDAHAN 1" By The Liang Gie

Blog Ki Slamet 42: Guru SMPIT Annur Cimande Menulis
Rabu, 22 Januari 2020 - 10.30 WIB

A.     PERSOALAN FILSAFATI

1.      Bidang Filsafat.
Filsafat merupakan bidang pengetahuan yang senantiasa bertanya dan mencoba menjawab segugus persoalan yang sangat menarik perhatian manusia sejak dulu sampai sekarang. Persoalan-persoalan itu dalam bahasa asing disebut philosophical problems (Bertrand Russell) atau philosophical questions (Susanne Langer). Ada pula filsuf yang mengatakan bahwa oleh karena gugusan persoalan itu merupakan problem-problem abadi yang tak pernah terpecahkan, mungkin seharusnya disebut issues (Marvin Farher). Seseorang yang mempelajari filsafat hendaknya memahami betul-betul persoalan-persoalan filsafati itu dan ikut serta memikirkan atau memperbincangkan kemungkinan-kemungkinan jawabannya.

2.      Contoh Persoalan Filsati
Contoh-contoh yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
-         Apakah alam semesta ini mempunyai permulaan dalam waktu ?
-         Apakah waktu itu ?
-         Apakah ruang itu ?
-         Apakah arti yang tepat dari kata “kalau” ?
-         Adakah kebaikan yang terluhur ?
-         Bagaimanakah seseorang dapat yakin bahwa penangkapan inderawi yang dilakukan oleh orang lain adalah sama seperti pencerapan dirinya ?
-         Betapakah hubungan antara jiwa dan raga itu ?
-         Apakah jagad raya ini mempunyai kesatuan tujuan tertentu ataukah hanya
suatu pergabungan yang kebetulan saja dari atom-atom ?
Filsafat menurut filsuf Jerman Immanuel Kant (1724 – 1804) berkisar pada tiga persoalan genting yang senantiasa ditanyakan oleh manusia terhadap dirinya sendiri, yakni :
-         Apakah yang dapat saya ketahui ?
-         Apakah yang harus saya perbuat ? dan
-         Apakah yang boleh saya harapkan ?

3.      Ciri Persoalan Filsafati
Menurut Isaiah Berlin, persoalan-persoalan filsafati itu bercorak sangat umum, menyangkut masalah-masalah asasi dan tidak berhubungan dengan kemanfaatan praktis serta tampaknya tiada tatacara yang nyata untuk menjawabnya maupun para ahli spesialis yang dapat diminta untuk memecahkannya. Kini semakin jelas bahwa persoalan filsafati tidak bersifat empiris atau pun formal. Ini berarti bahwa persoalan tersebut tidak dapat dijawab dengan penyelidikan berdasarkan pengalaman maupun dengan penalaran secara deduktif seperti halnya dilakukan dalam ilmu empiris atau matematik. Selanjutnya ada pendapat yang menyatakan bahwa persoalan filsafati bersifat agak mencengangkan dan membingungkan. Walaupun demikian, ini tidak berarti bahwa setiap pertanyaan yang membingungkan harus menjadi suatu persoalan filsafati. Misalnya bilamana seekor kambing berjalan mengitari suatu pohon, mungkin dapat dipersoalkan apakah pohon itu juga bergerak mengelilingi kambing tersebut. persoalan yang demikian ini tidak banyak artinya. Persoalan-persoalan filsafati haruslah secara intelektual bersifat subur (istilah Stephen Körner; intelectually fertile), yakni mengemukakan pengertian-pengertian baru dan jalur-jalur baru untuk penyelidikan selanjutnya. bahkan menurut Susanne Langer suatu pertanyaan merupakan persoalan filsafati pokok apabila dalam memechkannya kita menimbulkan pertanyaan-pertanyaan baru yang menarik. jawaban yang disusun itu memiliki simpulan yang mengembangkan gagasan-gagasan kelanjutan yang dapat memerangi pengertian-pengertian atau menjawab pertanyaan-pertanyaan lainnya.

4.      Hungan dengan Persoalan Ilmiah
Bertrand Russell dalam bukunya An Outline of Philosophy dan The Problems of Philosophy mengesampingkan persoalan-persoalan yang berada diluar kemampuan akal manusia untuk menanganinya. Persoalan-persoalan filsafati adalah persoalan-persoalan menarik yang tidak termasuk dalam salah satu dari ilmu-ilmu yang telah berkembang. Persoalan-persoalan itu menimbulkan hasrat dan minat orang untuk memechkannya. Tapi begitu pengetahuan yang pasti mengetahui segugusan persoalan telah dapa dihimpun, persoalan tersebut tidak lagi termasuk filsafat dan pengetahuan yang bersangkutan menjadi suatu ilmu tersendiri. Hal ini telah berlangsung sejak dulu sampai sekarang. Sebagai misal persoalan-persoalan mengenai langit dan pikiran manusia yang dulu dibahas oleh filsafat, kini telah menjadi sasaran dari ilmu falak (astronom) dan ilmu jiwa (psikologi). Dengan demikian filsafat pada dewasa ini terbentuk dari sisa persoalan-persoalan yang jawabannya yang pasti belum dapat diberikan. Namun walaupun pemecahannya yang terakhir belum mungkin diberikan sekarang, filsafat dapat menunjukkan arah kemana pemecahan itu harus dicari dan jenisnya pemecahan yang pada waktunya ternyata mungkin.

5.      Jenis Persoalan Filsafati
Meskipun kini filsafat hanya mencakup sisa persoalan-persoalan yang belum ditangani oleh pelbagai ilmu, namun sisa ini cukup luas. Pada pokoknya persoalan-persoalan filsafati itu menurut pendapat kami dapat dikelompok-kelompokkan menjadi 6 jenis yang berikut ;
1)     Persoalan metafisis (metaphysical problem)
Persoalan metafisis yang terpokok mengenai keberadaan (existence) seperti misalnya adanya Tuhan, alam semesta, manusia, pikiran dan segala realita lainnya. masalah-masalah yang ditnyakan umpamanya :
-         Apakah hakekat dan sifat dasar dari keberadaan itu?
-         Apakah alam semesta ini sesuatu yang nyata ataukah hanya ide saja? (ini menimbulkan pertentangan antara realisme dengan idealisme)
2)     Persoalan epistemologis (epistemological problem)
Persoalan epistemologis terutama meliputi sumber dan batas segenap pengetahuan manusia. Dipersoalkan misalnya :
-         Bagaimanakah manusia bisa mengetahui adanya sesuatu ?
-         Apakah sumber pengetahuan itu akal ataukah indera manusia ? (ini menimbulkan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme.)
3)     Persoalan metodologis (methodological problem)
Persoalan metodologis bertalian dengan metode-metode untuk memperoleh pengetahuan. Metode manakah yang paling tepat untuk mencapai pengetahuan yang benar? Ada banyak metode yang dapat dipakai seperti umpamanya metode dialektis, metode fenomenologis, metode intuitif, metode transendental. Apakah kelebihan dan kekurangan dari masing-masing metode itu?
4)     Persoalan logis (logical problem)
Persoalan logis pada pokoknya berhubungan dengan proses penalaran yang betul. Asas dan aturan apakah yang menjamin bahwa sesuatu penyimpulan yang dibuat manusia sudah tepat? Jenis persoalan ini sering diperluas dengan masalah-masalah semantik yang menyangkut bahasa, lambang, dan arti.
5)     Persoalan etis (Etical problem)
Persoalan etis menyangkut perilaku manusia yang dinilai dari segi moralitas. Apakah kebaikan itu? Adakah ukuran-ukuran yang pasti bagi perbuatan-perbuatan manusia yang bersifat susila? Apakah soal baik dan buruk hanya penting untuk manusia ataukah juga untuk alam semesta ini?
6)     Persoalan estetis (estetic problem)
a.      Lingkupan.
Problem-problem estetis sebagai salah satu jenis persoalan filsafati pada pokoknya berkenaan dengan 4 hal, yakni :
-         Nilai estetis (estetic value)
-         Pengalaman estetis (esthetic experience)
-         Perilaku orang yang mencipta (seniman)
-         Seni.
b.      Persoalan Tentang Nilai Estetis.
Segugusan persoalan estetis yang sejak dulu direnungkan oleh filsuf berkisar pada nilai estetis, misalnya :
-         Apakah keindahan itu?
-         Apakah keindahan itu bersifat obyektif?
-         Apakah yang merupakan ukuran-ukuran baku dari keindahan?
-         Bagaimanakah peranan keindahan dalam kehidupan manusia?
-         Betapakah hubungan keindahan dengan kebenaran dan kebaikan?
c.       Persoalan Tentang Pengalaman Estetis
Sekelompok persoalan lain yang kini banyak diperbincangkan berpusat pada pengalaman seseorang dalam hubungannya dengan sesuatu yang indah. Para pemikir mencoba mencari jawaban yang tepat misalnya terhadap pertanyaan :
-         Apakah yang disebut pengalaman estetis itu?
-         Bagaimanakah sifatdasar atau ciri-ciri dari suatu pengamalan estetis?
-         Apakah yang membuat orang menghargai sesuatu yang indah?
-         Apakah yang merupakan rintangan-rintangan dari pengalaman estetis?
-         Benda apakah yang dapat menjadi sasaran dari pengalaman estetis?
d.      Persoalan Tentang Perilaku Seniman
Pelbagai problem tentang hal-ikhwal orang yang mencipta karya seni akhir-akhir ini mendapat pula perhatian. Yang dipersoalkan antara lain :
-         Apa dan siapakah seniman itu?
-         Apakah yang mendorong seseorang menciptakan sesuatu karya seni?
-         Bagaimanakah proses penciptaan itu berlangsung dalam diri seseorang?
-         Betapakah hubungan kepribadian seniman dengan karya seni ciptaannya?
e.      Persoalan Tentang Seni
Akhirnya segi-segi dari seni (termasuk hasilnya yang disebut karya seni) juga disoroti secara filsafati oleh para filsuf. Yang menjadi menjadi persoalan misalnya adalah :
-         Apakah seni itu?
-         Bagaimanakah penggolongan yang tepat dari seni?
-         Apakah sifatdasar dan nilai-nilai dari karya seni?
-         Betapakah hubungan seni dengan agama, filsafat dan ilmu?
f.        Persoalan Estetis dalam Kehidupan Manusia
Problem-problem estetis terutama yang berhubungan dengan konsep tentang keindahan telah menjadi bahan perenungan manusia sejak dulu kala. Tampaknya ini sejalan dengan sifat kodrat manusia yang menghargai sesuatu yang indah di sampingnya sifat kodrat lainnya untuk mengetahui sesuatu yang benar dan menginginkan sesuatu yang baik. Memang dalam sejarah kehidupan manusia 3 hal yakni :
1.      Kebenaran (truth)
2.      Kebaikan (goodness)
3.      Keindahan (beauty)
Ketiga nilai pokok tersebut juga menjadi sasaran pemikiran  para filsuf dari waktu ke waktu sampai sekarang. Dalam bidang pemikiran itu kebenaran menjadi ukuran dasar yang ditelaah dalam cabang filsafat yang disebut “Logika”; kebaikan merupakan ide pokok yang dibahas cabang filsafat yang disebut “Etika”; sedang keindahan adalah tema pusat yang digumuli dalam cabang filsafat yang disebut “Estetika”

    Ki Slamet 42 —
Rabu, 22 Januari 2020 – 10.00 WIB
R e f e r e n s i :
The Liang Gie, GARIS BESAR ETETIK (Filsafat Keindahan)
Fakultas Fisafat Universitas Gajah Mada, Jogyakarta 1976
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"P U A S A" By Syaikh Abu Malik Kamal bin As Sayyid

http://kertasinga.blogspot.com-Senin, 05 April 2021-13:02 WIB Definisi Shiyam) 1 Shiyam dan shaum secara bahasa adalah menahan diri dari...

"KONTEN ENTRY BLOG"