Guru SMPT-SMAT Annur Cimande Menulis
Minggu, 18 Juni 2017 - 07:32 WIB
Minggu, 18 Juni 2017 - 07:32 WIB
Kemacetan di Jembatan Cimande |
SAJAK
SEPANJANG JALAN RAYA CIAWI-SUKABUMI
Karya
Slamet Priyadi
Sudah lama aku ingin sekali tulis sajak ini
Sajak tentang jalan raya Ciawi-Sukabumi
Dahululah kala di sepanjang jalan ini
Di sisi kiri dan di di sebelah kanan jalan
Hanya hamparan sawah membentang
Yang padinya berwarna hijau kekuningan
Pohon-pohon cengkeh dan cemara
Pun berderet-deret berjejeran
Seperti para perempuan petani
Di jalan setapak berjalan beriringan
Seperti juga para lelaki petani
Yang sedang membajak sawah
Menyongsong esok hari nan cerah
Riak putih jernihnya air Cisadane
Mengalir membentur bebatuan
Yang suaranya laksana nada-nada
Kidung senandung kasmaran
Yang banyak simpan kisah masa dahulu
Tentang Prabu Siliwangi dan Permaisuri
Beribu-ribu kembang warna-warni
Menghiasi rimbunnya semak belukar
Ba’ bidadari mandi yang selendangnya
Pantulkan cahaya gebyar memancar
Segarkan tubuh, segarkanlah mata
Segarkanlah jiwa saat gundah gulana
Berjuta-juta Ikan dan udang kecil
Melimpah ruah menghuni danau Lido
Sekelompok kera saling kejar-kejaran
Bergelayutan di antara pepohohan
Burung-burung pun riang melayang
Di atas hamparan jernihnya air danau
Memangsa ikan-ikan dan udang-udang
Kini, di sepanjang jalan raya ini
Sepanjang jalan raya Ciawi-Sukabumi
Sudahlah nyaris tiadalah indah lagi
Di sisi kiri maupun di sebelah kanan jalan
Banyak dihiasi warung-warung dan pertokoan
Bahkan banyak bangunan pabrik kokoh berdiri
Merubah mengganti luasnya hamparan sawah
Pohon cemara dan pohon- kopi nyaris punah
Yang dulu saat pagi hari batang dan daunnya
Melambai-lambai ditiup angin nan sepoi-sepoi
Kemerlap putih disinari cahaya mentari pagi
Namun kini semuanya itu sirna tak ada lagi
Kemacetan kendaraan pun merajalela di
sana-sini
Tiada pernah berakhir dari pagi hingga malam
hari
Mengganti detak ketuplak nada irama gerobak
sapi
Yang berjalan perlahan tertatih-tatih di
sebelah kiri
Berisi penuh beban batang-batang bambu awi
Bahan seni keria masyarakat Ciawi-Sukabumi
Entah kapan keadaan semacam ini akan berakhir
Sebab dalam pikirku semuanya itu masihlah
sumir
Terasa buntu dan hilang lenyap daya rasa dan pikir
Tak bisa berkreasi karena semua imaginasi tersisir
Ke dalam lingkaran kemacetan yang tiada berhilir
Dan aku cuma bisa berdoa agar semua bisa
berakhir
Kp. Pangarakan, Bogor
Minggu, 18 Juni 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar