Guru SMPT-SMAT Annur Cimande Menulis
Sabtu, 20 Mei 2017 - 16:12 WIB
Sabtu, 20 Mei 2017 - 16:12 WIB
Maestro "Ismail Marzuki" |
SABTU, 20 MEI 2017 - Sang maestro, komponis, pejuang legendaris ‘Ismail
Marzuki’ berasal dari kampung Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat yang
dilahirkan pada tanggal 11 Mei 1914. Ketika usianya baru beranjak tiga bulan,
ia sudah ditinggalkan ibunya yang meninggal karena sakit. Kakak perempuanya,
Hamidah kemudian merawat Ismail Marzuki hingga dewasa. Ayahnya bernama Marzuki
oleh karena itu ia lebih dikenal dengan nama Ismail Marzuki. Di masa kecil oleh teman-teman sekampungnya
dan rekan sesama seniman ia akrab dipanggil Ma’il, Ma’ing, atau bang Maing.
Ismail Marzuki merupakan anak bungsu. saudara kandungnya adalah Hamidah, Yusuf,
dan Yakub. Kedua kakaknya Yusuf dan Yakub meninggal saat dilahirkan. Oleh
karena itu sebagai satu-satunya pria
dalam keluarganya, ia menjadi tumpuan dan harapan ayahnya. Apa lagi ayahnya,
‘Marzuki’ sangat terpukul dengan kematian istrinya yang sangat dicintainya itu.
Sebagaimana orang Betawi
yang sangat memperhatikan dan mengutamakan pendidikan agama Islam, oleh ayahnya
Ismail Marzuki disekolahkan ke Madrasah ‘Uhwanul Fallah’ di Kwitang milik ulama
terkemuka, Habib Ali Al Habsyi. Dari pendidikan agama yang didapatnya itu,
sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter Ismail Marzuki baik dalam
pengetahuan agamanya maupun dalam sikap dan prilakunya dalam pergaulan. Ia
dapat menguasai Al-Qur’an dengan baik, berbudi pekerti dan berakhlak terpuji
serta menjadi panutan teman-temannya atar seniman.
Karya-karya Ismail Marzuki
memiliki karakter yang jelas, konfiguratif. Tematik karya-karya musik dan lagu-lagunyanya
kebanyakan bernuansa religi, himne, dan hiburan, serta bersifat patriotistik,
heroik. Hal inilah yang telah mampu menggelorakan semangat juang dan
perngorbanan bangsa Indonesia di era revolusi perang kemerdekaan. Ismail
Marzuki merupakan salah seorang komponis muda yang paling produktif di
zamannya, dan debut musiknya dimulai pada usia 17 tahun. Berikut adalah
karya-karya Ismail Marzuki:
1. Oh Sarinah, tahun 1931.
Lagu yang menceritakan tentang kondisi bangsa Indonesia yang tertindas
2. Keroncong Serenata, tahun
1935.
3. Roselani, tahun 1936. Lagu yang menggambarkan suasana
romantis alam Hawai di Samudra Pasifik
4. Kasim Baba, tahun 1937.
Lagu yang berlatar belakang Hikayat 1001
malam.
5. Keroncong Sejati, Bermodus
minor dan bernafaskan melodi yang melankolis.
6. Pulau Suweba
7. Di Tepi Laut
8. Duduk Termenung
Ketiga buah lagu, Pulau Suweba,
Ditepi Laut, dan Duduk Termenung, dibuat tahun 1938. Dibuat khusus untuk
ilustrasi film “Terang Bulan” yang dibintangi Miss Rukiah, Kartolo, dan Raden
Muchtar. Dalam film ini, Ismail, bersama teman-temannya berperan sebagai
pemain music sebagai pelengkap scenario film. Ternyata film Terang Bulan ini
berhasil menarik ribuan penonton hingga negeri jiran, Malaysia pun turut
memutarnya. Dalam film ini suara Ismail Marzuki dipakai untuk mengisi suara
Raden Muchtar saat acting bernyanyi di
film tersebut.
7. Als de Orchiedeen Bloeien, dan Als’t Meis is in de Tropen. Dua buah lagu
berbahasa Belanda yang dibuat tahun 1939.
8. Bapak Kromo
9. Bandaneira
10. Oh Le le di Kuta Raja
11. Rindu Malam
12. Lengang Bandung
13. Melancong ke Bali
14. Dan masih banyak, bahkan ratusan lagi lagu-lagu yang lain yang tak bisa
penulis tulis satu per satu di tulkisan ini.
Di era penjajahan Jepang, dimana rakyat Indonesia
mengalami kesengsaraan yang begitu sangat mengenaskan, pemuda Ismail Marzuki
mampu menggugah rasa cinta tanah air dan bangsa melalui karya-karyanya yang
patriotistik, dan heroestik seperti; Mars Gagah Perwira, Karangan Bunga dari
Selatan, Tanah Pusaka, Nyiur Melambai, Di bawah Rumpun Bambu, dan Rayuan
Pulau Kelapa. Berkat karya-karya tersebut, Ismail Marzuki mendapat
anugerah Piagam Wijayakusumah dari Presiden Pertama Republik Indonesia,
Soekarno atas nama pemerintah RI tahun 1961.
Pada masa revolusi
kemerdekaan, pemuda Ismail Marzuki turut berjuang ke medan tempur melalui
lagu-lagu ciptaannya yang menggugah semangat heroik para pejuang ke seluruh
penjuru Nusantara. Lagu “Halo-halo Bandung”, “Pahlawan Merdeka”, “Selamat
Datang Pahlawan Muda”, “Kopral Jono”, “Sersan Mayorku”, “Gugur Bunga”,
“Selendang Sutra”, “Sepasang Mata Bola”, “Sapu Tangan Dari Bandung Selatan” adalah
lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki yang sampai sekarang tetap berkumandang dan
acap kali dinyanyikan baik dalam upacara bendera di berbagai instansi sekolah
maupun pada even-even tertentu.
Sang Maestro, Komponis besar yang sekaligus pejuang legendaris, dan
pahlawan nasional asal Betawi ini memang sangat mencintai kota Bandung bagian
Selatan karena selain keindahan alamnya yang begitu asri dan estetik, juga kota
tersebut telah melahirkan seorang mojang
(gadis) Priyangan yang telah memikat hatinya, yaitu Eulis Zuraidah binti M.
Empi yang kemudian diperistrinya dengan penuh cinta. Kecintaan Ismail Marzuki
terhadap kota Bandung dan istrinya Eulis Zuraidah, bisa disimak dari
lagu-lagunya seperti; “Bandung Selatan di Waktu Malam, “Sapu Tangan dari
Bandung Selatan, “Karangan Bunga dari Selatan, “Juwita Malam”, “Sabda Alam”.
Dalam berkarya Ismail Marzuki
termasuk seniman yang produktif dan imajinatif. Dalam hidupnya yang relative
singkat itu, lebih kurang 200 buah lagu telah diciptakannya. Lagu terakhir
ciptaannya sebelum ia wafat adalah “Inikah Bahagia”.
Sampai sekarang lagu-lagu
ciptaan Ismail Marzuki tetap abadi dan berkumandang terus di masyarakat. Dalam
dinamika pasang surutnya perkembangan musik Indonesia nama Ismail Marzuki
putra Betawi asal kampung Kwitang ini, tertulis dan terukir begitu indahnya
yang menghiasi lembaran sejarah permusikan Indonesia. Dia sangat produktif dan
imajinatif dalam berkarya, sangat mahir dalam menyusun kata-kata, yang sangat
puitis, estetis, dan sastraistis sehingga karya-karyanya banyak mendapat
apresiasi tinggi dalam masyarakat. Simak saja salah satu lagu ciptaan Ismail
Marzuki berikut,
“SABDA ALAM”
Diciptakan alam pria dan
wanita
Dua makhluk dalam asuhan
dewata
Ditakdirkan bahwa pria
berkuasa
Adapun wanita lemah lembut
manja
Wanita dijajah pria sejak
dulu
Dijadikan perhiasan sangkar
madu
Namun ada kala pria tak berdaya
Tekuk lutut di sudut
kerling wanita
Ya, Ismail Marzuki memang seorang komponis besar
Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa dan Negara di kancah nasional
maupun internasional lewat bidang seni musik. Ia wafat pada tanggal 25 Mei 1958
dalam usia 44 tahun kerena sakit yang menderanya. Jenazahnya dimakamkan di TPU
Karet Bivak. Ismail Marzuki meninggalkan seorang istri terkasih Eulis Zuraidah
yang meninggal dunia pada tanggal 8 Agustus 2001 di Jakarta, dimakamkan di
sebelah makam Ismail Marzuki.
Berkat jasa-jasanya mengharumkan nama bangsa dan
negara, berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 089/TK/Tahun2004, ia mendapat
penghargaan dan penghormatan yang tinggi sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal
5 Nopember 2004.
REFERENSI:
* Brosur Lomba Paduan Suara
lagu-lagu Karya Pahlawan Nasional Ismail Marzuki Se JABOTABEK 2008 – Kerja Sama
Lembaga Kebudayaan Betawi dan Dikmenti DKI Jakarta / S.Priyadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar