KI Slamet Blog - Guru SMPIT Annur Cimande Menulis
Rabu, 03 Juli 2018 - 04:39 WIB
Koran Sindo – Senin, 2 Juli 2018 – 08:24 WIB – JAKARTA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mulai tahun ini mewajibkanseluruh
sekolah menggunakan Kurikulum 2013 secara total.
Saat ini terdapat 78.000 sekolah yang memasuki tahap
akhir pelatihan dan pendampingan Kurikulum 2013 (K13). Dengan demikian, tahap
pelatihan dan pendampingan sudah berjalan di semua sekolah sehingga K13 pun
bisa dijalankan secara maksimal. "Tahun ini adalah tahun terakhir
pelatihan dan pendampingan Kurikulum 2013. Tahun ini semua sekolah harus
menggunakan Kurikulum 2013 tanpa kecuali," kata Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad di Jakarta, kemarin.
Kemendikbud akan menerjunkan pendamping yang
diharapkan bisa mencermatiimplementasi K13 di sekolah. Pendampingan ini
bertujuan untuk memperkuat pemahaman mengenai Kurikulum 2013 berikut
perubahannya di lapangan. Selain itu, jelasnya, untuk membantu mengatasi
berbagai kendala yang muncul pada saat pelaksanaan kurikulum tersebut di
sekolah.
Terkait pendampingan di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T) juga akan diberikan penanganan secara khusus kepada sekolah-sekolah tersebut oleh Kemendikbud.Hamid mengatakan, Kemendikbud menargetkan output dari implementasi Kurikulum 2013 yakni perubahan pendidikan karakter yang terintegrasi di sekolah. Baik intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler. Kemudian yang kedua adalah perubahan budaya literasi di sekolah. “Guru dapat menargetkan siswanya untuk menuntaskan empat hingga lima buku bacaan per tahun,” ujarnya.
Terkait pendampingan di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T) juga akan diberikan penanganan secara khusus kepada sekolah-sekolah tersebut oleh Kemendikbud.Hamid mengatakan, Kemendikbud menargetkan output dari implementasi Kurikulum 2013 yakni perubahan pendidikan karakter yang terintegrasi di sekolah. Baik intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler. Kemudian yang kedua adalah perubahan budaya literasi di sekolah. “Guru dapat menargetkan siswanya untuk menuntaskan empat hingga lima buku bacaan per tahun,” ujarnya.
Hamid pun menyoroti tentang kemampuan High Order
Thinking Skills (HOTS) yang harus segera dikuasai siswa. Baik itu pemahaman,
aplikasi dan penalaran harus diajarkan guru agar siswa Indonesia mampu bersaing
dengan negara lain. Melalui K13, lanjut dia, siswa akan dikenalkan ke peserta
didik mulai sejak dini sehingga guru-guru pun bisa kreatif dan tidak lagi pasif
menyuruh siswa menghafal saja. Melainkan melatih siswa dengan keterampilan abad
21 yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi.
Sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) Muhadjir Effendy menyatakan, guru harus bisa memberi teladan kepada
siswanya. Guru bukanlah sekedar pengajar namun juga harus bisa memahami peran
sebagai pendidik. “Pembelajaran yang diterapkan di sekolah haruslah fleksibel.
Serta mampu memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan,” terang mantan
rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Sementara Ketua Umum PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Unifah Rasyidi menjelaskan bahwa pemerintah memang sudah seharusnya memperbaiki penerapan kurikulum yang masih mendua di sekolah, yakni antara K13 dan kurikulum 2006 yang berbeda sustansi dan pendekatannya. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang belum merata karena dualisme kurikulum tersebut.
Sementara Ketua Umum PB Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Unifah Rasyidi menjelaskan bahwa pemerintah memang sudah seharusnya memperbaiki penerapan kurikulum yang masih mendua di sekolah, yakni antara K13 dan kurikulum 2006 yang berbeda sustansi dan pendekatannya. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah penerapan Higher Order Thinking Skills (HOTS) yang belum merata karena dualisme kurikulum tersebut.
Unifah mengatakan, HOTS itu bukan soal sulit akan tapi
soal yang menuntut penalaran dan logika berpikir tingkat tinggi yang
bersifat abstraksi. Dia menekankan, proses pendidikan belum kearah sana sehinga
tidak heran menimbulkan reaksi ketika Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)
kemarin.
Unifah melanjutkan, hingga saat ini cetak biru
pendidikan belum terlihat dan juga rencana strategis belum jelas sampai habis
masa pemerintahan, bahkan belum merespon kebutuhan Revolusi Industri 4.0.
“Tidak heran pendidikan karakter juga jalan di tempat karena bentuk, model, dan
strateginya belum jelas," katanya.
Selain itu mengenai upaya peningkatan sumber daya
manusia (SDM), maka proses pembelajaran di kelas harus diperbaiki. Lemahnya
skor dalam Programme for International Students Assessment (PISA) dan Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMMS) mengindikasikan ada
permasalahan dalam kelas sebab mutu pendidikan sejatinya bermuara pada proses
di kelas. Pemerintah pun harus membuat platform SDM Indonesia yang berkualitas,
terbuka terhadap ide-ide baru, kreatif, memiliki ketrampilan hard and
soft skill dan visioner sesuai dengan tuntutan Revolusi Industri 4.0.
Dia pun meminta pemerintah memperbaiki proses
pelatihan guru. Menurut dia, pelatihan guru masih sangat kurang. Padahal inti
dari kualitas guru bukan pada pelaksanaan sertifikasi guru. Yang utama adalah
pada pengembangan keprofesian berkelanjutan yang hampir tidak tersentuh.
“Pendekatan pelatihan masih diperlukan dalam kluster-kluster. Guru-guru yang
sudah sangat maju dapat menajdi tutor sebaya,” ujarnya. (Neneng Zubaidah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar