Selasa, 03 Maret 2020

Sumaryo L.E. : "BIDANG PENCIPTAAN MUSIK Bag. 1"

Blog Ki Slamet 42: Guru SMPIT Annur Cimande Menulis
Rabu, 04 Maret 2020 - 06.23 WIB

Drs. Slamet Priyadi
 
A.        Musikalitas dan Disposisi
Seorang yang disebut pencipta musik memerlukan selera musikal dan bakat khusus untuk mencipta. Selera musikal musikalitas saja belum dapat memberi jaminan yang cukup untuk menentukan adanya bakat untuk mencipta. Kita beranggapan, bahwa musikalitas merupakan syarat yang mutlak jika seseorang ingin menerjunkan diri ke dalam dunia artistik musikal. Orang yang memiliki musikalitas disebut orang yang musikal.
Orang yang musikal belum tentu lantas dapat belajar main biola dengan bbaik. Atau membuat ciptaan musik yang baik. Musikalitas seseorang mempunyai ketepatgunaannya sendiri. Yang satu mungkin mempunyai bakat khusus untuk belajar main biola dengan baik, sedangkan yang satunya lagi mungkin akan lebih sukses kalau belajar main piano. Dan yang lainnya lagi mungkin lagi akan cocok kalau ia belajar main klarinet.
Yang demikian itu, dikatakan orang yang mempunyai disposisi untuk belajar piano atau biola, trompet dan seterusnya. Disposisi ini sangat tergantung dari faktor-faktor kejiwaan serta fisik (keadaan jasmaniah) orang yang musikal tadi.
Dengan menggunakan psychotest orang telah menemukan suatu cara tertentu untuk menerapkan disposisi musikal seseorang. Psychotest ini telah banyak sekali membantu mengurangi kekecewaan orang dalam memilih alat musik yang hendak dipelajarinya di kemudian hari.
Tentang test jasmaniah untuk menetapkan disposisi musikal seseorang, di sini dapat dikemukakan sebuah contoh. Orang yang mempunyai pertumbuhan gigi sebelah muka yang tidak baik, janganlah hendaknya memilih trompet sebagai alat yang hendak dipelajari. Yang mempunyai cedera pada tangan kirinya, jangan umpamanya mencoba hendak belajar biola. Akan tetapi pada suatu ketika pasti dia akan menghadapi kesukaran-kesukaran juga.
Penelitian disposisi ini hendaknya jangan dianggap remeh oleh seseorang yang ingin menerjunkan ke dalam dunia olah musik. Contohnya, seseorang yang musikal ingin sekali belajar piano, lalu setelah dia belajar setahun lamanya, gurunya memberitahukan, bahwa dia tidak mempunyai bakat khusus seorang pianis yang baik. Untuk sekedar dapat main saja, memang tidak apa-apa. Atau untuk menjadi seorang pianis amatir misalnya. Tapi semua itu terserah kepadanya. Berhasil nantinya, syukur, kalau tidak berhasil, sudahlah. Dengan kemauan keras untuk belajar, dia pindah ke bidang pelajaran biola. Juga di sini dia tidak mencapai kemajuan yang diharapkan. Aneh betul, padahal dalam mata pelajaran lainnya musikalnya cukup baik!
Akhirnya, sesudah belajar memainkan alat-alat perkusi (yang dipukul) beberapa waktu lamanya, gurunya bergembira sekali. Ternyata muridnya mengalami kemajuan yang cepat sekali dalam mempelajari alat-alat perkusi. Itu artinya dia memiliki disposisi pada alat-alat perkusi dan kepekaan pada irama (ritme). Akan tetapi bagaimana pun juga, murid dan gurunya sedah membuang waktu dua tahun. Setahun untuk belajar piano dan setahun lagi untuk biola. Tapi tidak apalah. Belajar musik memang memerlukan kesabaran, kemauan keras serta ketekunan dari pelajar-pelajarnya. Demikian pula dengan guru-gurunya.

B.           Bakat Khusus Untuk Mencipta
Kalau kita teliti dengan sungguh-sungguh, orang musikal yang mempunyai bakat khusus untuk mencipta dengan baik, tidaklah banyak kalu dibandingkan dengan banyaknya orang yang mempunyai bakat khusus untuk belajar memainkan salah satu alat musik. Dengan perkataan lain, orang yang sungguh-sungguh kreatip, jumlahnya tidak begitu banyak kalau dibandingkan dengan jumlah orang yang rekreatip.
Kreatip artinya memiliki daya cipta. Sedang yang dimaksudkan dengan rekreatip ialah, mempunyai kemampuan atau daya untuk “mencipta kembali”. Ada kalanya istlah kreatip dalam dunia musik diganti dengan kata reproduktip. Agaknya istilah kreatip dan rekreatip yang lebih kena dalam hal ini, karena lebih mengandung pengertian kwalitas (mutu). Istilah reproduktip lebih condong kepada pengertian kwantitas (jumlah). Jadi, yang termasuk bidang kreatip adalah bidang penciptaan musik. Yang memainkan alat-alat musik digolongkan ke dalam bidang rekreatip.
Apakah ada orang yang sebetulnya musikal, akan tetapi tidak dapat mencapai hasil yang baik dalam mempelajari alat musik apa pun? Ada. Apakah ada orang yang musikal yang tidak mempunyai bakat khusus untuk mencipta musik? Juga ada.
Mungkin bakat orang yang seperti itu dapat disalurkan ke pendidikan untuk menjadi dirigen atau konduktor, jenis musikus yang tergolong rekreatip pula. Kalau orang seperti itu ternyata juga tidak mempunyai disposisi untuk menjadi dirigen, baginya masih terbuka kemungkinan lain. Orang musikal seperti itu mungkin seorang yang sangat peka penangkapannya terhadap bentuk-bentuk pernyataan musikal serta penyajiannya. Ia mungkin mempunyai bakat untuk menjadi kritikus musik. Siapa tahu. Bakatnya ditujukan khusus untuk menganalisa penangkapannya terhadap hidangan atau komposisi musik.
Dengan sendirinya, adanya musikalitas saja belum berarti bisa langsung menjadi seorang kritikus musik. Dia perlu mempelajari atau mendapat pelajaran dulu mengenai ilmu pengetahuan serta praktik berbagai-bagai lapangan teknis musik. Misalnya, ilmu komposisi musik, orkes, aranbsemen, estetika, psikologi, sejarah musik, dan sebagainya.
Jadi, memang tidak jaminan, bahwa seorang yang musikal akan pasti juga mempunyai kemampuan untuk mencipta. Tidak ada jaminan pula, bahwa seorang yang pandai memainkan alat musik akan dapat pula mencipta.
Bagi seorang pemain musik yang baik, pada umumnya banyak sekali waktu yang harus dicurahkan untuk menguasai atau menjaga serta meninggikan mutu permainannya dengan cara yang sebaik-baiknya. Karena itu, biasanya tidak ada waktu lagi untuk mengadakan persiapan-persiapan mencipta.
Meskipun demikian, di dalam sejarah musik diatonis Barat misalnya, terdapat juga beberapa komponis yang baik, yang sekaligus juga seorang instrumentalis yang baik. Akan tetapi jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Misalnya, Johann Sebastian Bach, Chopin, List dan beberapa orang lagi.

C.           Beberapa Jenis Ciptaan Musik
Sekarang kita teliti, apakah sebetulnya yang disebut ciptaan itu? Istilah mencipta menganggap adanya suatu tindakan yang menghasilkan suatu bentuk pernyataan musikal yang asli dari penciptanya. Bentuk itu tafinya tidak ada. Atau belum terwujud.
Bentuk pernyataan musikal tadi harus bersumber pada alam pikiran, angan-angan serta perasaan penciptanya sendiri secara lansung. Alam pikiran, angan-angan dan perasaan penciptanya dapat saja tadinya terpengaruh oleh kekuatan-kekuatan yang ada di luar dirinya.
Akan tetapi, misalkan ada seseorang yang mengarang sebuah lagu, dan lagunya itu mirip dengan lagu lain yang sebelumnya sudah ada,apakah hasilnya boleh disebut suatu ciptaan? Ini adalah suatu persoalan dalam bidang penciptaan musik, yang biasanya tidak begitu mudah diselesaikan.
Kalu kemudian ternyata atau dapat dipastikan, bahwa ciptaannya itu merupakan jiplakan atau setengan jiplakan dari sebuah komposisi lain, maka pencipta yang menjiplak itu dapat dipersalahkan melakukan plagiat. Dalam dunia seni, plagiat atau jiplakan atau tiruan atau curian, dianggap sebagai suatu pelanggaran kode etik (peraturan tidak tertulis mengenai sikap susila suatu golongan) yang memalukan.
Dalam bidang musik biasanya tidak begitu mudah orang dapat menetapkan plagiat bukannya sesuatu karya musik. Hanya orang yang banyak mengetahui tentang literatur musik dapat memastikan plagiat bukannya suatu ciptaan baru. Sekarang mari kita selidiki, dalam bentuk apa sajakah sebuah ciptaan musik itu dapat dijelmakan.
Bentuk ciptaan yang paling kuat daya hidupnya adalah apa yang biasa kita sebut komposi. Komposisi adalah ciptaan yang tertulis. Di samping itu ada pula bentuk ciptaan yang tidak tertulis, yang hanya dimainkan saja. ciptaan seperti ini dalam bentuknya yang asli hanya berlangsung pada waktu dia dimainkan untuk pertama kalinya. Selesai diainkan, ciptaan itu menghilang dari udara. Kecuali kalau dia direkam dan segera dicatat. Jenis ciptaan ini disebut improvisasi.
Hanya kedua bentuk ciptaan itulah yang sesungguhnya paling asli, yaitu seratus persen dinyatakan oleh penciptanya sendiri. Selain dari kedua bentuk ciptaan tadi, ada agi sebuah bentuk, yang tidak seratus persen menjadi tanggung jawab penciptanya. Jenis ciptaan demikian disebut aransemen atau transkripsi. Transkripsi didasarkan pada ciptaan lain yang asli. Meskipun demikian, bentuk ciptaan ini memberi persifatan musikal transkriptornya, yang berdiri sendiri dan yang seratus persen menjadi tanggung jawabnya. Ketiga bentuk ini mari dekati bersama-sama!

a.      Komposisi
Komposisi adalah suatu bentuk ciptaan yang tertulis. Dalam bentuk tulisan musik itulah ciptaan menampakkan dirinya secara abadi. Pada suatu waktu, komposisi demikian oleh penciptanya, sesudah diadakan pemeriksaan olehnya secara teliti, dilepaskan untuk dinilai oleh publik, untuk diedarkan atau untuk didengarkan. Sekali terlepas dari tangan komponisnya tidak dapat mengkutak-katik lagi tulisannya itu. Misalnya, ingin mengadakan perobahan di sana-sini dalam ciptaannya atau hendak mengadakan semacam koreksi dan sebagainya.
Masyarakatlah yang akan menentukan sekarang, apakah ciptaannya itu akan berhasil atau tidak. Berhasil atau tidaknya sesuatu ciptaan banyak  tergantung tidak saja dari nilai ciptaannya itu sendiri, melainkan juga dari orang atau sekelompok orang yang menghidangkan ciptaan itu untuk pertama kali kepada pendengar-pendengarnya.
Kurang bahagialah seorang pencipta, yang komposisinya, hidangannya yang pertama kali dipercayakan kepada seorang atau beberpa instrumentalis atau dapat juga vokalis, yang kurang baik. Komposisi yang kurang baik pun kadang-kadang dapat jatuh karenanya. Tetapi komposisi tadi masih punya kesempatan untuk menghidangkan ciptaannya kembali dalam suatu permainan musik yang sesuai dengan angan-angannya. Kadang-kadang terjadi juga, bahwa hidangan pertama kali sesuatu komposisi oleh orkes di muka publik dipimpin sendiri oleh komponisnya, kalau memang komponisnya itu dapat memimpin suatu hidangan orkes. Jadi, menjadi diregennya.
Dalam suatu hidangan musik, mendengar musik yang mempunyai selera musikal yang kritis tentu dapat mengetahui apakah komponisnya atau pemain-pemainnya yang berhasil membuat sukses atau tidaknya musik yang dihidangkan.

b.      Improvisasi
Ini adalah jenis ciptaan yang tidak bersifat abadi. Artinya hanya berlangsung sekali saja. sebab improvisasi tidak tertulis. Dia tidak dapat diulang kembali dalam bentuk serta intensitas yang sama, seperti ketika dia untuk pertama kalinya dihidangkan sekaligus juga diciptakan.
Kalau seorang pencipta memainkan sebuah lagu pada piano yang pada saat itu juga mencipta, dia melakukan improvisasi. Buah musik yang dihidangkan pada waktu itu merupakan penjelmaan langsung dari perasaan serta angan-angan musikal yang timbul pada waktu itu. Pada kesempatan itu, kalau dia ingin menghidangkan lagu itu kembali, tentu perasaannya serta angan-angan musikalnya sudah tidak sama dengan yang dulu itu. Maka dari itu, seorang improvisator tidak dapat melakukan improvisasi kembali, yang dalam segala pernyataannya persis sama seperti ketika lagu itu untuk pertama kali dimainkan.
Sebuah improvisasi juga tidak dapat dikoreksi. Umpamanya dengan maksud agar lebih dapat dipertanggungjawabkann secara teknis, seperti dalam suatu komposisi yang tertulis, yang tiap kali dalam proses penciptaannya masih dapat kita periksa dan betulkan.
Improvisasi juga dapat merupakan suatu permainan sebagai suatu ciptaan langsung dari pola-pola musik yang diberikan terlebih dahulu. Pola-pola ini biasanya diambil dari lagu lain yang sudah ada sebelumnya. Improvisasi seperti ini kita dapatkan misalnya dalam permainan musik Jazz atau musik hiburan jenis lain.
Umpamanya, seorang pemain tropet dalam suatu orkes musik dapat melakukan improvisasi dari sebuah lagu yang pada waktu yang bersamaan dihidangkan oleh orkesnya, dalam keadaan sepertin ini, seorang improvisator tidak begitu bebas dalam melakukan tugas improvisasinya. Dia tidak boleh “menyeleweng” dari pola lagu yang sedang dihidangkan. Sebaliknya, dia berhak melontarkan “pendapat”-nya di dalam kalimat-kalimat musikal menurut pola yang diberikan.
Dengan sendirinya, hanya pemain-pemain yang berbakat sajalah yang dapat melakukan improvisasi yang berkesan. Selain harus mempunya selera musikal serta daya khayal yang baik. Kesukaran-kesukaran teknis dalam memainkan alat musik, tidak boleh merupakan rintangan lagi.

c.       Aransemen atau Transkripsi
Bentuk ciptaan ini dihubungkan dengan dengan penulisan musik. Aransemen berasal dari kata asing “arrangement”, artinya susunan. Transkripsi dari“transcription”, artinya alih-tulis. Umpamanya sebuah komposisi untuk orkes simponi yang besar dialihtuliskan menjadi sebuah karya musik untuk dimainkan dengan sebuah piano saja atau untuk dimainkan dengan beberapa alat musik saja yang kecil jumlahnya.
Meskipun transkripsi tidak begitu “asli” kalau dibandingkan dengan komposisi, namun dia memerlukan keahlian musikal yang tidak bisa dipandang remeh . transkripsi atau aransemen si “A” umpamanya, tidak dapat serupa dengan transkripsi atau aransemen si “B”. Meskipun yang mereka transkripsikan itu komposisi yang itu-itu juga. Tiap transkriptor mempunyai konsepsi musikalnya sendiri-sendiri, akan tetapi dia tidak sebebas seorang komponis. Dia terikat pada pola-pola aslinya. Dia hanya berhak mencurahkan “pendapat”-nya secara bebas dalam rangka pola asli yang ada dalam suatu komposisi yang digubah.
Ada suatu istilah dalam musik yang hampir menyerupai itu. Yaitu transposisi. Juga istilah transposisi dengan kata “trans” di dalamnya ada sangkupautnya dengan mengalihkan sesuatu. Tapi yang dialihkan di sini ialah posisinya, kedudukannya. Maksudnya, kedudukan tangga nadanya. Umpamanya, sebuah lagu ditinggikan atau direndahkan dua nada, penuh seluruhnya, oleh karena terlalu rendah atau terlalu tinggi untuk dinyanyikan. Dengan demikian bentuk lagu atau melodinya masih serupa.
Kita ambil contoh misalnya lagu “Padamu Negeri” karya Kusbini. Kita mencoba menyanyikannya. Ternyata nada “sol” yang tertinggi, terlalu tinggi untuk dapat dinyanyikan. Perlu direndahkan satu atau dua nada lagi, sehingga nada sol tadi dapat kita nyanyikan. Di dalam keadaan atau kedudukan lagu satu atau dua lebih rendah itu, lagunya masih tetap dapat dikenal kembali sebagai lagu “Padamu Negeri”.
Transposisi dapat ditulis, dapat juga dimainkan atau dinyanyikan. Teranglah, bahwa dalam transposisi yang diganti hanya tinggi tangga nadanya saja. jadi, transposisi jelas bukan suatu bentuk ciptaan. Transpsisi hanya merupakan suatu persoalan teknis saja.
Sebaliknya, transkripsi kecuali merupakan persoalan teknis, juga dan terutama merupakan musikalitas. Transkripsi si A dan si B tadi mengenai suatu komposisi tidak mungkin serupa satu sama lain.
Transkripsi si A dan transkripsi si B masing-masing mengenai komposisi, misalnya dari tangga nada “c” diganti menjadi tangga nada “d”, harus sama. Kalau kedua transposisi itu tidak sama, salah seorang penggarapnya tentu membuat kesalahan. Maka dari itu, transkripsi adalah terutama soal rasa keindahan musikal, sedangkan transposisi hanya dapat benar atau salah.
Dalam bidang musik ada lagi suatu pengertian lain, yang juga disebut, traskripsi. Kata traskripsi di sini biasanya dipergunakan dalam bidang penelitian musik, dan artinya mengalihkan musik yang didengarnya ke dalam suatu tulisan musik.



—KSP—
Minggu. 01 Febuari 2020 – 22.46 WIB
REFERENSI:
Sumaryo L.E.
Komponis, Pemain Musik dan Publik
Pustaka Jaya – Jakarta 1978
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"P U A S A" By Syaikh Abu Malik Kamal bin As Sayyid

http://kertasinga.blogspot.com-Senin, 05 April 2021-13:02 WIB Definisi Shiyam) 1 Shiyam dan shaum secara bahasa adalah menahan diri dari...

"KONTEN ENTRY BLOG"