Guru SMPIT Annur Cimande
Minggu, 18 Febuari 2018 12.15 WIB
 
Minggu, 18 Febuari 2018 12.15 WIB
| 
   
“KAKAWIN
  BHARATAYUDA” 
PUPUH
  XLIII ( 1 – 3 ) 
TEWASNYA
  PATIH SANGKUNI 
Pustaka : 
Prof. Dr.
R.M. Sutjipto Wirjosuparto
Kakawin Bharata-Yuddha, Bhratara – Jakarta 1968  
 | 
 |||
| 
   
TRANSKRIPSI 
 | 
  
   
TERJEMAHAN BEBAS 
 | 
 ||
| 
   
1 
 | 
  
   
Byatita ri pêjah
  narâdhipati Çalya ҫurêng ranna. 
Ikang bala larut bubar
  hinuru nora wânyâ pulih. 
Sira ng prabhu Suyodhana
  mûruda sep huwus kambulan. 
Nda tan wring
  ulahânglugas hurip amuk mwang antên kabeh.  
 | 
  
   
1 
 | 
  
   
Singkat cerita, setelah
  raja Salya gugur sebagai pahlawan di medan pertempuran, tentaranya bubar
  bercerai berai. Mereka dikejar-kejar tak seorangpun yang berani mengadakan
  serangan balasan. Melihat ini raja Suyodana berupaya mundur namun sudah
  terlambat karena Ia telah dikepung dari segala penjuru. Ia bingung, apa yang
  harus dilakukannya, dan Ia hanya bisa mempertahankan hidupnya dengan jalan
  mengadakan serangan balasan bersama adik-adiknya. 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
Paddâng lêpasakên
  warâstra pênuh ing langit sök sêsö. Awâs hilanganing musuhnira waҫesha
  hêntyânana. Kunang pwa panakis Dhananjaya ring astra cannddânila. Alisyus
  amusus ya hilangâlilang tan padon. 
 | 
  
   
2 
 | 
  
   
Mereka melepaskan panah-panah
  dahsyatnya sehingga langit menjadi penuh sesak oleh panah-panh Suyodana dan
  adik-adiknya. Hal ini tentu sangat membahayakan dan bila dibiarkan akan
  membinasakan seluruh prajurit Pandawa. Untunglah Arjuna segera menangkis
  serangan itu dengan panah saktinya, ‘Candanila’ yang mendatangkan taufan
  besar yang menyapu bersih panah-panah Suyodana dan adik-adiknya sehingga tak
  satupun yang melukai pasukan Pandawa.  
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
Matangnya n angiwung
  têkâmrang amurêk nirbahaya. Kunêng tan iniwö têkapnira sang âryya Bhimâtakên.
  Rikân winlêsan rinok pinupuh ing gadâ lohita. Parêng rwa mati len parêng
  puluh syuh rênuh. 
 | 
  
   
3 
 | 
  
   
Melihat ini pasukan Kurawa menjadi marah, mereka
  maju menyerang tanpa rasa takut. Bima sama sekali tidak menghiraukan serangan
  mereka itu, Ia tetap bertahan, gada Lohita senjata andalan Bima yang dahsyat
  berputar-putar menghantam setiap pasukan Kurawa yang berada di dekatnya dan
  mati dengan keadaan yang mengenaskan hancur lebur.    
 | 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar