Blog Ki Slamet 42: Guru SMPIT Annur Menulis
Jumat, 13 Maret 2020 - 10. 18 WIB
Alat yang lain adalah cymbals,
dua buah plat dari logam yang dipukulkan satu sama lain secara berbarengan.
Suaranya berbunyi, creng...creng...creng!
tidakmempunyai tinggi nada tertentu. Berikut adalah contoh gambar alat
musik Cymbals.
Jumat, 13 Maret 2020 - 10. 18 WIB
Alat-alat
musik
Alat-alat musik dapat dibagi ke dalam empat
keluarga besar, yaitu :
1.
Kordofon
(alat musik berdawai).
2.
Aerofon
(alat musik yang ditiup mempergunakan udara).
3.
Idiofon
(alat musik yang bahannya ikut berbunyi).
4.
Membranofon
(alat musik yang mempergunakan kulit agar bersuara)
Pembagian seperti
ini kita pergunakan untuk kepentingan penelitian ilmah. Untuk berbagai macam
bentuk komposisi instrumental, kita bagi alat-alatnya untuk kepentingan praktis
dalam tiga golongan :
1). Keluarga alat-alat musik yang berdawai (string), ada yang digesek, dan
ada juga yang dipetik, seperti, harpa dan
gitar.
2). Keluarga alat-alat musik yang ditiup, trompet, klarinet, fagot.
3). Keluarga alat-alat musik yang memainkannya
dengan cara dipukul juga disebut perkusi seperti, timpani, cymbals, trianggle.
Mengenai alat-alat
musik yang berdawai, pembaca tentu banyak yang sudah melihatnya. Yaitu : biola; biola alto, violoncello atau cello. Kemudian masih ada contrabass, juga disebut: Stringbas. Stringbas adalah bas yang
mempergunakan dawai (strings). Sebab
ada juga bas yang ditiup.
Gitar, harpa, siter,, mandolin dan piano pun sesungguhnya termasuk keluarga
yang berdawai juga.
Biola |
Biola, tentu sudah pembaca kenal. Dawainya ada empat.
Dilaras, mulai dari dawai yang terendah sampai yang tertinggi: g, d, a, e. Oleh karena yang terendah
dilaras g-rendah, komponis tentunya
tidak akan membuat komposisi untuk biola yang mengandung nada yang lebih rendah
daripada g-rendah tadi.
Sebaliknya, permainan pada dawai yang
tertinggi, yaitu dawai e atau juga dinamakan kwint dapat diberi nada-nada yang jauh lebih tinggi dari pada e. Akan tetapi tentu saja ada batasnya,
sampai setinggi mana. Batasnya adalah, sampai ke nada yang tingginya tingginya
tidak terdengar sebagai nada musikal lagi. Yaitu nada-nada yang sudah tidak
dapat kita nikmati sebagai nada lagi oleh telinga kita..
Biola ini mempunyai
kakak, yaitu yang disebut biola-alto. Juga
mempergunakan empat utas dawai. Larasannya: c – g – d’ – a’. Nada-nadanya dapat
berbunyi lebih rendah daripada nada terendah yang dihasilkan oleh dawai biola
yang terbesar. Oleh karena bentuk biola-alto lebih besar sedikit daripada
bentuk biola, warna nada-nadanya yang keluar pun lebih besar volumenya. Sifat
nada-nadanya tidak begitu menyerang seperti nada-nada biola biasa. Di
Indonesia, belum banyak orang yang belajar memainkan biola-alto ini. dalam
orkes simponi suara biola alto mutlak perlu. Dia pengisi kekosongan jelajahan
suara antara biola biasa dan violecello, sebuah
alat berdawai lain yang khusus memberi suar bas.
Jelajahan nada
musikal pada keluarga alat-alat gesek ini terus merendah sampai kepada alat
yang disebut kontrabas. Kontrabas
menghasilkan nada-nada yang lebih rendah lagi daripada violencello.
Kita sudah lihat
suatu keluarga alat gesek yang berdawai dari yang tinggi sampai terendah,
berturut-turut: biola, biola alto,
violencello atau cello dan contrabas.
Komposisi yang
khusus terdiri dari alat-alat gesek ini mempunyai bentuknya yang ideal dalam
komposisi yang disebut kwartet terdiri
dari permainan empat buah alat :
Biola kesatu,
Biola
kedua (masih
biola juga),
Biola alto,
Cello.
Orkes yang terdiri
dari tiga buah alat musik yang merupakan kesatuan disebut trio. Biasanya terdiri dari piano,
biola dan cello. Trio ini pun merupakan wadah khusus suatu komposisi juga.
Maksudnya orang, orang dapat menciptakan kwartet,
trio atau kwintet (untuk empat,
tiga atau lima buah alat) dan seterusnya, yaitu komposisi untuk enam buahalat,
disebut sekstet, untuk tujuh buah
alat namanya septet dan begitu
seterusnya. Bentuk atau rangka yang dipergunakan untuk komposisi tentunya
tergantung pada komponisnya, akan tetapi biasanya bentuk sonata.
Dari keluarga yang
berdawai ini kita menengok sejenak kepada keluarga alat musik yang ditiup. Pembaca mungkin banyak yang
belum mengenal alat-alat tiup yang dipergunaka dalam orkes simponi.
Alat tiup dibagi menjadi
dua jenis. Yang dari kayu dan yang
ddari logam. Alat tiup yang dari kayu antara lain; seruling, klarinet, hoboi, fagot, kontrafagot, saxsofon dan lain-lain.
Bahan yang
dipergunakan untuk membuat alat musik dari kayu ini selain daripada kayu, juga
terbuat dari ebonit, plastik dan logam. Ada yang terbuat dari perak, ada pula
yang disepuh emas.
Saxsofon umpamanya,
yang digolongkan ke dalam keluarga kayu, akan tetapi alat ini samasekali tidak
terbuat dari kayu. Alat ini terbuat dari logam, diberi sepuhan perak atau emas.
Akan tetapi, suara saxsofon dihasilkan melalui suatu proses, yang mempergunakan
alat dari sejenis kayu tipis. Biasanya dibuat dari kulit semacam jerami yang
keras, hampir sekeras kulit bambu yang disebut, reeds dari kata Inggris berarti = lidah.
Memang dari keluarga
kayu ini hampir semua alat musik tiup mempergunakan lidah, kecuali seruling yang
tidak. Macam apakah lidah itu, pembaca boleh mengambil persamaan dengan banyak
alat kesenian Indonesia sendiri, antara lain misalnya tarompet Jawa Timur, yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian kuda kepang. Tarompet ini menghasilkan
nada-nada keras dan tinggi karena mempergunakan semacam lidah. Akan tetapi
lidah yang dibuat dari tangkai pohon padi atau juga dari bahan-bahan lain. Klarinet, hoboi, fagot, kontrafagot dan saksofon, semua mempergunakan lidah (reeds). Pada umumnya yang paling
digemari para pemain alat musik tiup adalah reeds
buatan Perancis. Ada jenis yang keras, sedang dan yang lemas. Mau pilih
yang mana, terserah pada kesukaan masing-masing. Dan harganya tidak bisa
dikatakan murah
Flute |
Ya, seruling (Flute) terkadang
dibuat separuh dari kayu dan separuhnya lagi dari perak atau.
Sebagaimana tadi
telah disinggung, seruling tidak menggunakan lidah/reeds untuk memainkannya. sejenis logam lain. Seruling yang ecil mungil
dengan suara yang tinggi melengking disebut picolo.
Biasanya dipakai dalam orkes kemiliteran untuk berbaris.
Cara meniup seruling
dalam simponi sebetulnya sama saja dengan cara meniup seruling dari bambu,
khususnya seruling silang. Bedanya seruling dalam orkes simponi mempergunakan kelep untuk nada-nada yang kromatis. Kromatis adalah penetapan tinggi
nada-nada berturut-turut dengan jarak setengah nada tiap kali, nisalnya: nada c, kemudian nada cis, selanjutnya nada d, dan
seterusnya. Sama saja dengan do, di, re,
ri, mi dan seterusnya.
Sebetulnya, kelep-kelep itu dimaksudkan untuk
mempermudah permainan seruling, kalau kita ingin main dalam berbagai-bagai
tangga nada. Ini jika disamakan dengan permainan seruling bambu tanpa kelep.
Akan tetapi ada beberapa macam seruling pakai kelep, meskipun mempergunakan
berbagai-bagai tangganada pula! Ini soal kebiasaan saja.
Kembali ke seruling
untuk orkes. Kalau semua lubang sebuah seruling tertutup ditiup dan
menghasilkan nada yang tingginya seperti nada c pada piano, maka seruling
demikian kita sebut seruling larasan c. Oleh
karena itu, para nada untuk permainan seruling sama dengan paranada untuk
piano. Tangganada c untuk piano
adalah juga tangganada c untuk
seruling. Naturel untuk piano sama
dengan naturel untuk seruling, kalau
kita mau menyebutnya secara populer. Tangganada f untuk piano adalah juga tangga nada f untuk seruling. Kalau piano main satu mol, seruling juga satu
mol. Sederhana sekali! Tidak demikian halnya dengan klarinet. Betul ada klarinet yang mempunyai larasan c, dan ada pula yang Es, akan tetapi biasanya larasannya
adalah bes.
Klarinet & Lidahnya |
Klarinet. Sebagian besar buah musik
yang digubah untuk orkes, mempergunakan klarinet bes. Oleh karena itu, kalau kita membunyikan nada c
pada klarinet , nada itu tingginya sama dengan bes pada piano! Tangganada yang dipergunakan pada piano tidak sama
dengan tangganada klarinet bes. Mengapa
dibikin seperti itu? Ini pun hanya soal kebiasaan, kalau sudah biasa, tidak
banyak menimbulkan kesukaran. Boleh dicoba!
Dengan sendirinya,
oleh karena seruling mempergunakan larasan c,
dan ini sama dengan larasan pada piano, tangganada yang dipakai klarinet bes tidak serupa dengan apa yang dipergunakan pada
seruling. Memang, di sini orang yang belum biasa menuli nada-nada untuk
berbagai instrumen, akan mudah menjadi bingung. Ini pun soal kebiasaan juga.
Sekarang kita mengerti,
betapa seorang komponis untuk orkes perlu menguasai notasi berbagai instrumen orkes. Mari kita tinjau larasan beberapa
alat tiup lain yang termasuk keluarga kayu.
Kita pilih misalanya
hoboi atau obu. Sepintas lau alat ini menyerupai klarinet. Klarinet mempergunakan sebuah lidah, obu ditiup dua
buah lidah, yang ditempelkan satu sama lain sedemikian rupa, sehingga
antara kedua buah lidah tadi masih ada jalan untuk menyalurkan udara yang kita
tiupkan ke dalam obu itu.
Obu |
Obu atau hoboi
atau juga hobo dilaras c. Jadi
komponis kalau membuat notasi untuk hobo tidak perlu mengadakan transposisi. Apa yang dinotasikan untuk
hobo sama tingginya dengan apa yang ditulis untuk piano. Hobo menimbulkan nada
yang “lebih menyendiri”, kalau dibandingkan dengan nada klarinet. Cocok sekali
untuk mengesankan suasana yang jauh, tenang, cenderung ke rasa suah, rasa
mengembara, hampir menyerupai suara tarompet Jawa Timur.
Pada waktu membuat
membuat musik untuk hobo ini, kita tidak boleh lupa, bahwa meniup hobo
memerlukan banyak tekanan hawa, lebih banyak daripada kalau meniup seruling
atau klarinet. Lebih banyak tenaga fisik yang harus dicurahkan. Orang yang
pertama kali belajar meniup hobo, kepalanya jadi pening dan matanya menjadi
kemerahan, kalau pada permulaan sudah terlalu banyak berlatih. Pada umumnya,
belajar alat tiup pada mulanya menimbulkan pusing pada kepala dan mata merah,
khususnya pada pelajaran hobo.
Fagot |
Fagot boleh dianggap semacam hobo juga,
hanya bentuknya lebih besar dan lebih panjang daripada hobo. Cara meniupnya pun
pada dasarnya sama. Dan lidah yang diperlukannya pun sama dua buah, hanya agak
lebih besar dan lebih panjang daripada untuk hobo. Suaranya pun hampir sama
dengan suara hobo, hanya lebih rendah. Larasannya juga dibuat pada c.
Fagot ini penting untuk menambah warna dalam orkes, apalagi orkes simponi.
Fagot menjelajahi suara bas.
Yang lebih rendah
lagi daripada suara fagot adalah suara kontrafagot.
Alat ini juga mempergunakan dua buah lidah. Suaranya satu oktaf lebih rendah
daripada fagot. Suaranya begitu lembut dan rendah, sehingga memberi kesan suara
bebek. Oleh karenanya dalam komposisi seringkali digunakan untuk memberikan
kesan sesuatu yang lucu. Alat-alat musik tadi termasuk ke dalam golongan
alat-alat musik yang sudah lebih dari dua abad dipergunakan dalam orkes.
Berikut adalah contoh gambar instrumen musik fagot!
Saksofon |
Saksofon. Keluarga yang paling
muda dalam keluarga alat tiup kayu adalah saksofon. Alat ini
terbuat dari logam, seringkali disepuh perak atau emas. Suaranya hampir
menyerupai suara manusia. Saksofon mempergunakan lidah sebuah, seperti
klarinet. Diberi nama saksofon, oleh karena yang mula-mula membuatnya Adolphe Sax, seorang bangsa Belgia,
dalam tahun 1844. Jadi juga sudah lebih dari satu abad umurnya.
Sesuai dengan
pembagian jenis suara manusia, pria dan wanita, saksofon dibuat lima jenis,
dari suara wanita yang tinggi sampai kepada suara lelaki yang rendah, yaitu: sopranino, alto, tenor, dan bariton (hanya sampai bariton saja).
Larasannya pun tiap-tiap jenis tidak sama. Ada yang c, ada yang bes, ada yang
es. Dengan sendirinya notasi musiknya
pun tidak sama. Sopranino dan soprano pada waktu ini sudah tidak dipergunakan
lagi.
Alto dilaras Es, tenor dilaras Bes dan bariton Es. Saksofon
jarang dipakai dalam simponi. Yang pernah memasukkan saksofon dalam komposisi
untuk simponinya antara lain
komponis-komponis Bizet dan Milhaud (baca: Bize dan Milo atau Miyo).
Sebaliknya suatu set
atau suatu kesatuan saksofon yang lengkap menjadi ciri khas sebuah orkes Jazz.
Dalam band-band musik populer belakangan ini saksofon kelihatannya mulai
mendapat tempat yang utama pula. Berikut adalah contoh alat musik saksofon.
Ikhtisar ini tidak
akan lengkap rasanya, kalau kita tidak juga membicarakan alat tiup dari logam.
Dalam bahasa Inggris orang menyebutnya bras-instruments.
(brass=logam). Alat-alat inilah biasanya yang seringkali dipergunakan dalam
orkes simponi. Golongan ini dalam orkes merupakan suatu seksi tersendiri.
Alat-alat ini tidak ada satu pun yang mempergunakan lidah.
Suara yang keluar
dari alat-alat ini terjadi oleh karena getaran hawa kedua buah bibir kita, yang
hampir dirapatkan satu sama lain melalui suatu tempat mulut yang dibuat untuk
tiap-tiap alat tersebut. suara yang dihasilkan tingginya dibentuk oleh volume
ruangan yang ada pada tiap-tiap alat logam. Alat yang kecil bentuknya
mengeluarkan suara tinggi. Sebaliknya yang besar dan panjang menghasilkan
nada-nada yang rendah.
Golongan alat-alat
logam terdiri antara lain dari; trompet,
trombon, tuba, korno atau horn,
eufonium dan sebagainya. Nama kornet adalah
nama trompet yang kecil bentuknya. Yang paling populer adalah trompet dan trobon. Trompet dilaras
berjenis-jenis. Larasan biasa adalah larasan Bes. Meskipun suara yang dihasilkan trompet keras, kuat dan
agresip, suara trompet kadang-kadang dapat juga digunakan untuk mengesankan
sifat-sifat yang liris.
Trompet |
Trompet memperguanakan 3
buah pentil , yang dapat mengeluarkan
semua kromatis musik. Bagaimana hanya dengan tiga buah pentil saja alat itu
dapat menghasilkan nada-nada demikian banyaknya, itu oleh karena adanya apa
yang kita sebut anak nada dalam alam
suara, kadang-kadang disebut juga nada alam.
atau harmonics dalam bahasa
Inggris. Dalam bab-bab selanjutnya persoalan ini akan kita bicarakan lagi.
Ternyata nada-nada
yang dihasilkan trompet mempunyai batas-batas baik ke bawah ke arah suara
rendah maupun ke arah atas ke arah suara tinggi. Komponis yang ingin memasukkan
suara trompet dalam komposisinya diminta kewaspadaannya mengenai gejala ini.
Trombon |
Trombon. Alat logam lain, yang
mempunyai suara lebih rendah daripada trompet adalah trombon. Ada juga trompet bas, akan tetapi
sekarang sudah jarang dipergunakan lagi. Trombon ada yang memakai pentil, ada
yang tidak. Pemain kebanyakan memakai yang tanpa pentil. Juga trombon
mengeluarkan berbagai-bagai nada berdasarkan gejala anak nada tadi. Yang tanpa
pentil disebut juga slide-trombone. Slide
artinya kira-kira menggelincir. Terserah
pada kita sendiri apakah kita hendak menamakannya trombon gelincir. Trombon demikian memerlukan slide (gelinciran) untuk meninggikan atau merendahkan suara. Dengan
jalan “menggelincirkan” panjang-pendeknya ruangan trombon itu. Larangannya yang
dipakai biasanya Bes. Untuk
mengingatkan kembali, larasan Bes di sini artinya, bahwa nada C pada trombon sama tingginya dengan nada Bes pada piano. Berikut adalah contoh
gambar instrumen musik trombonAlat logam lain yang indah suaranya, akan tetapi
yang tidak begitu mudah dimainkan, adalah komo.
Disebut juga horn. Rupanya
istilah horn kurang dipergunakan. Oleh
karena di samping horn Inggris ada pula horn Prancis, yang maksudnya korno. Horn Inggris samasekali bukan
korno, melainkan sejenis hobo yang mengeluarkan suara alto. Lebih besar sedikit
daripada hobo biasa.
Korno |
Korno sebetulnya lebih banyak
mempergunakan ruangan daripada trompet untuk mengeluarkan suara. Oleh karena
itu bentuknya, atau tabung yang dipergunakannya lebih panjang daripada tabung.
Kalau pada trompet. Kalau pada trompet tabungnya dilipat dua kali dengan bentuk
agak memanjang, pada korno tabungnya dilipat beberaa kali dalam bentuk yang
bulat. Korno mempergunakan pentil untuk mengeluarkan nada-nada kromatis.
Suaranya tidak
sekeras suara trompet akan tetapi lebih terpusat, sehingga memberi suasana yang
romantis. Juga suasana hutan yang lebat “jauh di sana”. Komponis-komponis tentu
saja mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari suara korno ini. meskipun
suaranya kedengarannya lemah, namun tembusnya kuat, suaranya dapat terdengar
dari jarak yang jauh. Oleh karena itu, alat seperti ini, dalam bentuk yang
beraneka warna, seringkali dipergunakan di mana-mana di dunia untuk pergi
berburu. Korno seperti itu dengan sendirinya tidak perlu mempergunakan pentil.
Meskipun demikian korno dapat juga mengeluarkan beberapa suara alam, untuk
memberi isyarat pada pemburu-pemburu lainnya, yang termasuk rombongan pemburu,
yang tersebar di hutan. Sebagai alat liris, korno adalah alat yang ideal
sekali. Berikut adalah gambar alat musik korno.
Tuba |
Tuba terbuat dari logam. Bentuknya besar
dan yang dipergunakan dalam orkes simponi pada umumnya adalah tuba bas. dengan sendirinya, karena
bentuknya demikian, nada-nada yang dikeluarkannya pun adalah nada-nada rendah.
Alat ini kadang-kadang dipakai juga untuk keperluan baris-berbaris militer.
Oleh karena besarnya, alat ini seringkali diganti dengan eufonium, yang sedikit lebih kecil bentuknya.
Alat-alat musik yang
kita bicarakan sampai sekarang terutama dipergunakan dalam orkes untuk mengisi
unsur yang bersifat melodis dan harmonis (paduan suara-suara itu
bersama). Ini adalah contoh gambar alat musik tuba.
Tugas terakhir
alat-alat musik adalah untuk memberi isi pada penekanan irama. Untuk keperluan
itu disediakan alat-alat yang dipukul alat-alat perkusi nama populernya.
Alat-alat yang
dipukul pun masih dapat dibagi lagi menjadi dua golongan. Ialah alat yang dipukul
dan memberi nada dan warna suara materi alat itu sendiri. Jelasnya, alat-alat
perkusi terdiri dari membranofon dan idiofon.
Yang termasuk membranofon antara lain; tambur. Tambur ini ada yang kecil, ada juga yang besar. Tambur yang kecil banyak dipergunakan dalam orkes atau
band populer.
Timpani |
Timpani. Dalam suatu orkes
simponi diperlukan membranofon yang penting kedudukannya dalam orkes, yaitu
alat yang disebut timpani atau
pauke. Orkes simponi paling
sedikitnya mempergunakan 2 buah timpani yang larasannya tidak sama satu sama
lain. Dan kalau lebih sempurna tiga buah. Sebab timpani ini dapat dilaras
menurut sebuah nada tertentu sekaligus. Artinya, guna timpani bukanlah
dimaksudkan untuk memainkan melodi. Dalam orkes ia hanya dilaras untuk
menghasilkan sebuah nada tertentu saja. Untuk
keperluan melaras dipergunakan pedal, sehingga kalau dipijak dapat
melaras alat itu pada nada yang diinginkan. Dengan sendirinya, jelajahan suara
larasan timpani tidak begitu luas seperti kita, misalnya melaras dawai biola.
Tugas timpani adalah
adalah untuk memberi tekanan (aksen) pada suatu dasar suara atau nada tertentu.
Memang kedengarannya sangat melegakan hati kalau dia berbunyi. Kadang-kadang
juga suaranya sangat mendebarkan hati, seakan-akan mempengaruhi denyutan
jantung kita. Notasi timpani ditulis dengan penetapan tinggi nada yang harus
dihasilkan. Seorang komponis Rusia, Stravinsky, melihat pentingnya fungsi tambur seperti
timpani itu, sehingga dia membuat komposisi yang seluruhnya terdiri dari suara
tambur melulu. Berikut ini adalah contoh gambar alat musik timpani.
Suara tambur yang
ditujukan untuk menghasilkan berbagai-bagai warna suara begitu penting
dianggapnya, sehingga komponis tadi memberi isyarat-isyarat lain dalam notasi
komposisinya, semacam persyaratan teknis seperti tongkat pemukul, ujungnya
harus dibungkus dengan kapas atau bahan bulu kempa (vilt ) dan sebagainya.
Trianggle |
Yang tergolong idiofon sebagai alat perkusi adalah triangel. Alat ini dapat mengeluarkan nada-nada tertentu, suaranya tinggi
dan jernih. Bentuknya seperti segitiga, dibuat dari logam yang dipernikel. Di
samping adalah contoh gambar alat musik trianggle.
Cymbals |
Kita perlu tahu juga
adanya penggunaan semacam terbang dalam orkes simponi yang disebut tamburen. Tamburan adalah nama untuk
terbang dalam suatu orkes simponi. Kemudian masih juga dipakai semacam gambang
yang disebut silofon. Alat ini dapat menghasilkan nada
kromatis.
Glockenspiel |
Akhirnya kita perlu
pula mengetahui sebuah alat lagi yang larasannya seperti ksilofon yang dikenal
dengan sebutan Glockenspiel. Kalau klisofon bilah-bilahnya terbuat dari kayu,
glockenspiel terbuat dari logam yang dapat bersuara nyaring dan tinggi.
Dengan sendirinya, alat-alat yang
dipukul, yang digunakan dalam orkes simponi, masih dapat ditambah lagi jumlah
dan jenisnya. Tiap-tiap alat dimaksudkan untuk memberi efek tertentu seperti
yang terkandung dalam hati komponis. Misalnya yang dibuat dari kayu dalm bentuk
kotak yang dipukul dengan tongkat pendek dari kayu pula. Kesan suaranya seperti
bunyi alat yang dibawa penjual bakmi dorongan. Alat-alat seperti itu tentu saja
tidak mengeluarkan nada yang jelas tingginya.
Vibraphone |
Ada sebuah lagi alat
yang menyerupai klisofon, yang biasanya juga digolongkan ke dalam
keluargaperkusi, yaitu vibrafon. Vibra maksudnya;
bergelombang. Alat inidigerakkan dengan daya listrik yang dapat memutar
kipas-kipas yang ditempatkan di bawah tiap-tiap bilahan-bilahan vibrafon yang
tidak dibuat dari kayu seperti bilahan-bilahan ksilofon, melainkan dari
campuran dan logam timah. Suaranya jernih bervibrato
(bergelombang atau bergetar) yang memperindah nada-nada yang dihasilkan.
Vibrafon akhir-akhir ini menjadi sangat populer dalam band-band remaja di
samping organ.
Organ alat musik yang
digerakkan dengan daya listrik. Kelebihan organ dari vibrafon ialah, organ
dapat menghasilkan berbagai macam warna
nada. Ada nada-nada yang dapat meniru suara biola, suara klarinet, suara piano
dan sebagainya. Pergantian warna itu digerakkan oleh suatu setel pipa-pipa yang
dapat dikemudikan oleh
Orgen |
pemainnya dengan
satu tombol untuk tiap warna suara. Sistim demikian disebut register. Cara memainkannya tidak
dipukul seperti memainkan ksilofon misalnya, melainkan seperti memainkan alat
musik piano saja. akan tetapi secara teknis tidak sama. Sebab piano
mengeluarkan suara perkusip. Yaitu
suara pukulan yang tingkat kekerasannya sejak bilah-bilah (tut-tut) dipukul
atau ditekan, menurun terus sampai menghilang. Sedangkan suara organ terus
berbunyi dengan kekerasan suara yang sama selama bilah-bilah atau tut-tutnya
masih ditekan jari. Dengan memainkan organ secara demikian, kita seakan-akan
dapat menyuarakan sebuah orkes simponi.
Organ yang barusan
kita bicarakan itu tentunya organ yang biasa kita temukan dalam band-band
populer belakangan ini. prinsip memprodusir bunyi seperti bunyi organ demikian,
mengingatkan kita kepada organ yang sekarang pun masih dipakai dalam
gereja-gereja. Malahan dapat kitatelusuri kembali sampai ke zaman kuno. Salah
satu alat tua demikian adalah kledi di
pedalaman Kalimantan, yang dalam menghasilkan suara prinsipnya sama dengan
organ.
Tentu saja organ di
gereja-gereja,yang begitu besar konstruksinya, dengan pipa-pipa yang beberapa
meter tingginya, tidak dapat diangkut ke mana-mana. Orang mencari akal untuk
membuat suatu alat seperti organ itu, akan tetapi yang tidak begitu sukar untuk
dipindah-pindah. Dengan bantuan daya listrik, bentuk pipa-pipa yang besar untuk
menghasilkan suara, organ dapat diperkecil. Dengan demikian timbul suatu model
organ yang bentuknyaa seperti piano, yang terkenal adalah Hammond Organ. Sekarang organ demikian sudah menjadi barang
industri dan dibuat di beberapa negara. Bentuk yang sekarang, yang memiliki dua
tingkat baris bilah (tuts), pada umumnya disebut elektone.
Akhirnya, mungkin
pembaca akan bertanya pada diri sendiri, alat-alat musik seperti itu lantas
digolongkan ke dalam alat apa? Misalnya elektone, piano, gitar dan suara
manusia? Piano, oleh karena mengeluarkan suara melewati dawai-dawai, dapat
dimasukkan ke dalam golongan kordofon. Elektone digolongkan ke dalam aerofon.
Gitar jelas sebuah kardofon. Dan suara manusia oleh karena dihasilkan dengan
udara, meskipun aneh kedengarannya, boleh digolongkan kedalam aerofon.
—KSP—
Kamis. 12 Maret 2020 – 10.00 WIB
REFERENSI:
Sumaryo L.E.
Komponis, Pemain Musik dan Publik
Pustaka Jaya – Jakarta 1978
Tidak ada komentar:
Posting Komentar