Kamis, 12 Maret 2020

"BIDANG PENCIPTAAN MUSIK 3" By Sumaryo L.E.

Blog Ki Slamet 42: Guru SMPIT Annur Menulis
Jumat, 13 Maret 2020 - 10. 18 WIB

 Alat-alat musik
Alat-alat musik dapat dibagi ke dalam empat keluarga besar, yaitu :
1.      Kordofon (alat musik berdawai).
2.      Aerofon (alat musik yang ditiup mempergunakan udara).
3.      Idiofon (alat musik yang bahannya ikut berbunyi).
4.      Membranofon (alat musik yang mempergunakan kulit agar bersuara)
Pembagian seperti ini kita pergunakan untuk kepentingan penelitian ilmah. Untuk berbagai macam bentuk komposisi instrumental, kita bagi alat-alatnya untuk kepentingan praktis dalam tiga golongan :
1).   Keluarga alat-alat musik yang berdawai (string), ada yang digesek, dan ada juga yang dipetik, seperti, harpa dan gitar.
2).    Keluarga alat-alat musik yang ditiup, trompet, klarinet, fagot.
3).  Keluarga alat-alat musik yang memainkannya dengan cara dipukul juga disebut perkusi seperti, timpani, cymbals, trianggle.
Mengenai alat-alat musik yang berdawai, pembaca tentu banyak yang sudah melihatnya. Yaitu : biola; biola alto, violoncello atau cello. Kemudian masih ada contrabass, juga disebut: Stringbas. Stringbas adalah bas yang mempergunakan dawai (strings). Sebab ada juga bas yang ditiup.
Gitar, harpa, siter,, mandolin dan piano pun sesungguhnya termasuk keluarga yang berdawai juga.
Biola
Biola, tentu  sudah pembaca kenal. Dawainya ada empat. Dilaras, mulai dari dawai yang terendah sampai yang tertinggi: g, d, a, e. Oleh karena yang terendah dilaras g-rendah, komponis tentunya tidak akan membuat komposisi untuk biola yang mengandung nada yang lebih rendah daripada g-rendah tadi.
        Sebaliknya, permainan pada dawai yang tertinggi, yaitu dawai e atau juga dinamakan kwint dapat diberi nada-nada yang jauh lebih tinggi dari pada e. Akan tetapi tentu saja ada batasnya, sampai setinggi mana. Batasnya adalah, sampai ke nada yang tingginya tingginya tidak terdengar sebagai nada musikal lagi. Yaitu nada-nada yang sudah tidak dapat kita nikmati sebagai nada lagi oleh telinga kita..
Biola ini mempunyai kakak, yaitu yang disebut biola-alto. Juga mempergunakan empat utas dawai. Larasannya: c – g – d’ – a’. Nada-nadanya dapat berbunyi lebih rendah daripada nada terendah yang dihasilkan oleh dawai biola yang terbesar. Oleh karena bentuk biola-alto lebih besar sedikit daripada bentuk biola, warna nada-nadanya yang keluar pun lebih besar volumenya. Sifat nada-nadanya tidak begitu menyerang seperti nada-nada biola biasa. Di Indonesia, belum banyak orang yang belajar memainkan biola-alto ini. dalam orkes simponi suara biola alto mutlak perlu. Dia pengisi kekosongan jelajahan suara antara biola biasa dan violecello, sebuah alat berdawai lain yang khusus memberi suar bas.
Jelajahan nada musikal pada keluarga alat-alat gesek ini terus merendah sampai kepada alat yang disebut kontrabas. Kontrabas menghasilkan nada-nada yang lebih rendah lagi daripada violencello.
Kita sudah lihat suatu keluarga alat gesek yang berdawai dari yang tinggi sampai terendah, berturut-turut: biola, biola alto, violencello atau cello dan contrabas.
Komposisi yang khusus terdiri dari alat-alat gesek ini mempunyai bentuknya yang ideal dalam komposisi yang disebut kwartet terdiri dari permainan empat buah alat :
Biola kesatu,
Biola kedua (masih biola juga),
Biola alto,
Cello.
Orkes yang terdiri dari tiga buah alat musik yang merupakan kesatuan disebut trio. Biasanya terdiri dari piano, biola dan cello. Trio ini pun merupakan wadah khusus suatu komposisi juga. Maksudnya orang, orang dapat menciptakan kwartet, trio atau kwintet (untuk empat, tiga atau lima buah alat) dan seterusnya, yaitu komposisi untuk enam buahalat, disebut sekstet, untuk tujuh buah alat namanya septet dan begitu seterusnya. Bentuk atau rangka yang dipergunakan untuk komposisi tentunya tergantung pada komponisnya, akan tetapi biasanya bentuk sonata.
Dari keluarga yang berdawai ini kita menengok sejenak kepada keluarga alat musik yang ditiup. Pembaca mungkin banyak yang belum mengenal alat-alat tiup yang dipergunaka dalam orkes simponi.
Alat tiup dibagi menjadi dua jenis. Yang dari kayu dan yang ddari logam. Alat tiup yang dari kayu antara lain; seruling, klarinet, hoboi, fagot, kontrafagot, saxsofon dan lain-lain.
Bahan yang dipergunakan untuk membuat alat musik dari kayu ini selain daripada kayu, juga terbuat dari ebonit, plastik dan logam. Ada yang terbuat dari perak, ada pula yang disepuh emas.
Saxsofon umpamanya, yang digolongkan ke dalam keluarga kayu, akan tetapi alat ini samasekali tidak terbuat dari kayu. Alat ini terbuat dari logam, diberi sepuhan perak atau emas. Akan tetapi, suara saxsofon dihasilkan melalui suatu proses, yang mempergunakan alat dari sejenis kayu tipis. Biasanya dibuat dari kulit semacam jerami yang keras, hampir sekeras kulit bambu yang disebut, reeds dari kata Inggris berarti = lidah.
Memang dari keluarga kayu ini hampir semua alat musik tiup mempergunakan lidah, kecuali seruling yang tidak. Macam apakah lidah itu, pembaca boleh mengambil persamaan dengan banyak alat kesenian Indonesia sendiri, antara lain misalnya tarompet Jawa Timur, yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian kuda kepang. Tarompet ini menghasilkan nada-nada keras dan tinggi karena mempergunakan semacam lidah. Akan tetapi lidah yang dibuat dari tangkai pohon padi atau juga dari bahan-bahan lain. Klarinet, hoboi, fagot, kontrafagot dan saksofon, semua mempergunakan lidah (reeds). Pada umumnya yang paling digemari para pemain alat musik tiup adalah reeds buatan Perancis. Ada jenis yang keras, sedang dan yang lemas. Mau pilih yang mana, terserah pada kesukaan masing-masing. Dan harganya tidak bisa dikatakan murah

Flute
Ya, seruling (Flute) terkadang dibuat separuh dari kayu dan separuhnya lagi dari perak atau.
Sebagaimana tadi telah disinggung, seruling tidak menggunakan lidah/reeds untuk memainkannya.  sejenis logam lain. Seruling yang ecil mungil dengan suara yang tinggi melengking disebut picolo. Biasanya dipakai dalam orkes kemiliteran untuk berbaris.
Cara meniup seruling dalam simponi sebetulnya sama saja dengan cara meniup seruling dari bambu, khususnya seruling silang. Bedanya seruling dalam orkes simponi mempergunakan kelep  untuk nada-nada yang kromatis. Kromatis adalah penetapan tinggi nada-nada berturut-turut dengan jarak setengah nada tiap kali, nisalnya: nada c, kemudian nada cis, selanjutnya nada d, dan seterusnya. Sama saja dengan do, di, re, ri, mi dan seterusnya.
Sebetulnya, kelep-kelep itu dimaksudkan untuk mempermudah permainan seruling, kalau kita ingin main dalam berbagai-bagai tangga nada. Ini jika disamakan dengan permainan seruling bambu tanpa kelep. Akan tetapi ada beberapa macam seruling pakai kelep, meskipun mempergunakan berbagai-bagai tangganada pula! Ini soal kebiasaan saja.
Kembali ke seruling untuk orkes. Kalau semua lubang sebuah seruling tertutup ditiup dan menghasilkan nada yang tingginya seperti nada c  pada piano, maka seruling demikian kita sebut seruling larasan c. Oleh karena itu, para nada untuk permainan seruling sama dengan paranada untuk piano. Tangganada c untuk piano adalah juga tangganada c untuk seruling. Naturel untuk piano sama dengan naturel untuk seruling, kalau kita mau menyebutnya secara populer. Tangganada f untuk piano adalah juga tangga nada f untuk seruling. Kalau piano main satu mol, seruling juga satu mol. Sederhana sekali! Tidak demikian halnya dengan klarinet. Betul ada klarinet yang mempunyai larasan c, dan ada pula yang Es, akan tetapi biasanya larasannya adalah bes.
Klarinet & Lidahnya
Klarinet. Sebagian besar buah musik yang digubah untuk orkes, mempergunakan klarinet bes. Oleh karena itu, kalau kita membunyikan nada c  pada klarinet , nada itu tingginya sama dengan bes pada piano! Tangganada yang dipergunakan pada piano tidak sama dengan tangganada klarinet bes. Mengapa dibikin seperti itu? Ini pun hanya soal kebiasaan, kalau sudah biasa, tidak banyak menimbulkan kesukaran. Boleh dicoba!
Dengan sendirinya, oleh karena seruling mempergunakan larasan c, dan ini sama dengan larasan pada piano, tangganada yang dipakai klarinet bes  tidak serupa dengan apa yang dipergunakan pada seruling. Memang, di sini orang yang belum biasa menuli nada-nada untuk berbagai instrumen, akan mudah menjadi bingung. Ini pun soal kebiasaan juga.
Sekarang kita mengerti, betapa seorang komponis untuk orkes perlu menguasai notasi berbagai instrumen orkes. Mari kita tinjau larasan beberapa alat tiup lain yang termasuk keluarga kayu.
Kita pilih misalanya hoboi atau obu. Sepintas lau alat ini menyerupai klarinet. Klarinet mempergunakan sebuah lidah, obu ditiup dua buah lidah, yang ditempelkan satu sama lain sedemikian rupa, sehingga antara kedua buah lidah tadi masih ada jalan untuk menyalurkan udara yang kita tiupkan ke dalam obu itu.
Obu
Obu atau hoboi atau juga hobo dilaras c. Jadi komponis kalau membuat notasi untuk hobo tidak perlu mengadakan transposisi. Apa yang dinotasikan untuk hobo sama tingginya dengan apa yang ditulis untuk piano. Hobo menimbulkan nada yang “lebih menyendiri”, kalau dibandingkan dengan nada klarinet. Cocok sekali untuk mengesankan suasana yang jauh, tenang, cenderung ke rasa suah, rasa mengembara, hampir menyerupai suara tarompet Jawa Timur.
Pada waktu membuat membuat musik untuk hobo ini, kita tidak boleh lupa, bahwa meniup hobo memerlukan banyak tekanan hawa, lebih banyak daripada kalau meniup seruling atau klarinet. Lebih banyak tenaga fisik yang harus dicurahkan. Orang yang pertama kali belajar meniup hobo, kepalanya jadi pening dan matanya menjadi kemerahan, kalau pada permulaan sudah terlalu banyak berlatih. Pada umumnya, belajar alat tiup pada mulanya menimbulkan pusing pada kepala dan mata merah, khususnya pada pelajaran hobo.
Fagot
Fagot boleh dianggap semacam hobo juga, hanya bentuknya lebih besar dan lebih panjang daripada hobo. Cara meniupnya pun pada dasarnya sama. Dan lidah yang diperlukannya pun sama dua buah, hanya agak lebih besar dan lebih panjang daripada untuk hobo. Suaranya pun hampir sama dengan suara hobo, hanya lebih rendah. Larasannya juga dibuat  pada c. Fagot ini penting untuk menambah warna dalam orkes, apalagi orkes simponi. Fagot menjelajahi suara bas.
Yang lebih rendah lagi daripada suara fagot adalah suara kontrafagot. Alat ini juga mempergunakan dua buah lidah. Suaranya satu oktaf lebih rendah daripada fagot. Suaranya begitu lembut dan rendah, sehingga memberi kesan suara bebek. Oleh karenanya dalam komposisi seringkali digunakan untuk memberikan kesan sesuatu yang lucu. Alat-alat musik tadi termasuk ke dalam golongan alat-alat musik yang sudah lebih dari dua abad dipergunakan dalam orkes. Berikut adalah contoh gambar instrumen musik fagot!

Saksofon
Saksofon. Keluarga yang paling muda dalam keluarga alat tiup kayu adalah saksofon. Alat ini terbuat dari logam, seringkali disepuh perak atau emas. Suaranya hampir menyerupai suara manusia. Saksofon mempergunakan lidah sebuah, seperti klarinet. Diberi nama saksofon, oleh karena yang mula-mula membuatnya Adolphe Sax, seorang bangsa Belgia, dalam tahun 1844. Jadi juga sudah lebih dari satu abad umurnya.
Sesuai dengan pembagian jenis suara manusia, pria dan wanita, saksofon dibuat lima jenis, dari suara wanita yang tinggi sampai kepada suara lelaki yang rendah, yaitu: sopranino, alto, tenor, dan bariton (hanya sampai bariton saja). Larasannya pun tiap-tiap jenis tidak sama. Ada yang c, ada yang bes, ada yang es. Dengan sendirinya notasi musiknya pun tidak sama. Sopranino dan soprano pada waktu ini sudah tidak dipergunakan lagi.
Alto dilaras Es, tenor dilaras Bes dan bariton Es. Saksofon jarang dipakai dalam simponi. Yang pernah memasukkan saksofon dalam komposisi untuk simponinya  antara lain komponis-komponis Bizet dan Milhaud (baca: Bize dan Milo atau Miyo).
Sebaliknya suatu set atau suatu kesatuan saksofon yang lengkap menjadi ciri khas sebuah orkes Jazz. Dalam band-band musik populer belakangan ini saksofon kelihatannya mulai mendapat tempat yang utama pula. Berikut adalah contoh alat musik saksofon.

Ikhtisar ini tidak akan lengkap rasanya, kalau kita tidak juga membicarakan alat tiup dari logam. Dalam bahasa Inggris orang menyebutnya bras-instruments. (brass=logam). Alat-alat inilah biasanya yang seringkali dipergunakan dalam orkes simponi. Golongan ini dalam orkes merupakan suatu seksi tersendiri. Alat-alat ini tidak ada satu pun yang mempergunakan lidah.
Suara yang keluar dari alat-alat ini terjadi oleh karena getaran hawa kedua buah bibir kita, yang hampir dirapatkan satu sama lain melalui suatu tempat mulut yang dibuat untuk tiap-tiap alat tersebut. suara yang dihasilkan tingginya dibentuk oleh volume ruangan yang ada pada tiap-tiap alat logam. Alat yang kecil bentuknya mengeluarkan suara tinggi. Sebaliknya yang besar dan panjang menghasilkan nada-nada yang rendah.
Golongan alat-alat logam terdiri antara lain dari; trompet, trombon, tuba, korno atau horn, eufonium dan sebagainya. Nama kornet adalah nama trompet yang kecil bentuknya. Yang paling populer adalah trompet dan trobon. Trompet dilaras berjenis-jenis. Larasan biasa adalah larasan Bes. Meskipun suara yang dihasilkan trompet keras, kuat dan agresip, suara trompet kadang-kadang dapat juga digunakan untuk mengesankan sifat-sifat yang liris.
Trompet
Trompet memperguanakan 3 buah pentil , yang dapat mengeluarkan semua kromatis musik. Bagaimana hanya dengan tiga buah pentil saja alat itu dapat menghasilkan nada-nada demikian banyaknya, itu oleh karena adanya apa yang kita sebut anak nada dalam alam suara, kadang-kadang disebut juga nada alam. atau harmonics dalam bahasa Inggris. Dalam bab-bab selanjutnya persoalan ini akan kita bicarakan lagi.
Ternyata nada-nada yang dihasilkan trompet mempunyai batas-batas baik ke bawah ke arah suara rendah maupun ke arah atas ke arah suara tinggi. Komponis yang ingin memasukkan suara trompet dalam komposisinya diminta kewaspadaannya mengenai gejala ini.
Trombon
Trombon. Alat logam lain, yang mempunyai suara lebih rendah daripada trompet adalah trombon. Ada juga trompet bas, akan tetapi sekarang sudah jarang dipergunakan lagi. Trombon ada yang memakai pentil, ada yang tidak. Pemain kebanyakan memakai yang tanpa pentil. Juga trombon mengeluarkan berbagai-bagai nada berdasarkan gejala anak nada tadi. Yang tanpa pentil disebut juga slide-trombone. Slide artinya kira-kira menggelincir. Terserah pada kita sendiri apakah kita hendak menamakannya trombon gelincir. Trombon demikian memerlukan slide (gelinciran) untuk meninggikan atau merendahkan suara. Dengan jalan “menggelincirkan” panjang-pendeknya ruangan trombon itu. Larangannya yang dipakai biasanya Bes. Untuk mengingatkan kembali, larasan Bes  di sini artinya, bahwa nada C  pada trombon sama tingginya dengan nada Bes pada piano. Berikut adalah contoh gambar instrumen musik trombonAlat logam lain yang indah suaranya, akan tetapi yang tidak begitu mudah dimainkan, adalah komo. Disebut juga horn. Rupanya istilah horn kurang dipergunakan.  Oleh karena di samping horn Inggris ada pula horn Prancis, yang maksudnya korno. Horn Inggris samasekali bukan korno, melainkan sejenis hobo yang mengeluarkan suara alto. Lebih besar sedikit daripada hobo biasa.
Korno
Korno sebetulnya lebih banyak mempergunakan ruangan daripada trompet untuk mengeluarkan suara. Oleh karena itu bentuknya, atau tabung yang dipergunakannya lebih panjang daripada tabung. Kalau pada trompet. Kalau pada trompet tabungnya dilipat dua kali dengan bentuk agak memanjang, pada korno tabungnya dilipat beberaa kali dalam bentuk yang bulat. Korno mempergunakan pentil untuk mengeluarkan nada-nada kromatis.
Suaranya tidak sekeras suara trompet akan tetapi lebih terpusat, sehingga memberi suasana yang romantis. Juga suasana hutan yang lebat “jauh di sana”. Komponis-komponis tentu saja mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari suara korno ini. meskipun suaranya kedengarannya lemah, namun tembusnya kuat, suaranya dapat terdengar dari jarak yang jauh. Oleh karena itu, alat seperti ini, dalam bentuk yang beraneka warna, seringkali dipergunakan di mana-mana di dunia untuk pergi berburu. Korno seperti itu dengan sendirinya tidak perlu mempergunakan pentil. Meskipun demikian korno dapat juga mengeluarkan beberapa suara alam, untuk memberi isyarat pada pemburu-pemburu lainnya, yang termasuk rombongan pemburu, yang tersebar di hutan. Sebagai alat liris, korno adalah alat yang ideal sekali. Berikut adalah gambar alat musik korno.
Tuba
Tuba terbuat dari logam. Bentuknya besar dan yang dipergunakan dalam orkes simponi pada umumnya adalah tuba bas. dengan sendirinya, karena bentuknya demikian, nada-nada yang dikeluarkannya pun adalah nada-nada rendah. Alat ini kadang-kadang dipakai juga untuk keperluan baris-berbaris militer. Oleh karena besarnya, alat ini seringkali diganti dengan eufonium, yang sedikit lebih kecil bentuknya.
Alat-alat musik yang kita bicarakan sampai sekarang terutama dipergunakan dalam orkes untuk mengisi unsur yang bersifat melodis dan harmonis (paduan suara-suara itu bersama). Ini adalah contoh gambar alat musik tuba.
    Tugas terakhir alat-alat musik adalah untuk memberi isi pada penekanan irama. Untuk keperluan itu disediakan alat-alat yang dipukul alat-alat perkusi nama populernya.
Alat-alat yang dipukul pun masih dapat dibagi lagi menjadi dua golongan. Ialah alat yang dipukul dan memberi nada dan warna suara materi alat itu sendiri. Jelasnya, alat-alat perkusi terdiri dari membranofon dan idiofon.
Yang termasuk membranofon antara lain; tambur. Tambur ini ada yang kecil, ada juga yang besar. Tambur yang kecil banyak dipergunakan dalam orkes atau band populer.
Timpani
Timpani. Dalam suatu orkes simponi diperlukan membranofon yang penting kedudukannya dalam orkes, yaitu alat yang disebut timpani atau pauke. Orkes simponi paling sedikitnya mempergunakan 2 buah timpani yang larasannya tidak sama satu sama lain. Dan kalau lebih sempurna tiga buah. Sebab timpani ini dapat dilaras menurut sebuah nada tertentu sekaligus. Artinya, guna timpani bukanlah dimaksudkan untuk memainkan melodi. Dalam orkes ia hanya dilaras untuk menghasilkan sebuah nada tertentu saja. Untuk  keperluan melaras dipergunakan pedal, sehingga kalau dipijak dapat melaras alat itu pada nada yang diinginkan. Dengan sendirinya, jelajahan suara larasan timpani tidak begitu luas seperti kita, misalnya melaras dawai biola.
Tugas timpani adalah adalah untuk memberi tekanan (aksen) pada suatu dasar suara atau nada tertentu. Memang kedengarannya sangat melegakan hati kalau dia berbunyi. Kadang-kadang juga suaranya sangat mendebarkan hati, seakan-akan mempengaruhi denyutan jantung kita. Notasi timpani ditulis dengan penetapan tinggi nada yang harus dihasilkan. Seorang komponis Rusia, Stravinsky, melihat pentingnya fungsi tambur seperti timpani itu, sehingga dia membuat komposisi yang seluruhnya terdiri dari suara tambur melulu. Berikut ini adalah contoh gambar alat musik timpani.
Suara tambur yang ditujukan untuk menghasilkan berbagai-bagai warna suara begitu penting dianggapnya, sehingga komponis tadi memberi isyarat-isyarat lain dalam notasi komposisinya, semacam persyaratan teknis seperti tongkat pemukul, ujungnya harus dibungkus dengan kapas atau bahan bulu kempa (vilt ) dan sebagainya.
Trianggle
Yang tergolong idiofon sebagai alat perkusi adalah triangel. Alat ini dapat mengeluarkan nada-nada tertentu, suaranya tinggi dan jernih. Bentuknya seperti segitiga, dibuat dari logam yang dipernikel. Di samping adalah contoh gambar alat musik trianggle.





 
       
Cymbals
Alat yang lain adalah cymbals, dua buah plat dari logam yang dipukulkan satu sama lain secara berbarengan. Suaranya berbunyi, creng...creng...creng! tidakmempunyai tinggi nada tertentu. Berikut adalah contoh gambar alat musik Cymbals.

Kita perlu tahu juga adanya penggunaan semacam terbang dalam orkes simponi yang disebut tamburen. Tamburan adalah nama untuk terbang dalam suatu orkes simponi. Kemudian masih juga dipakai semacam gambang yang disebut silofon. Alat ini dapat menghasilkan nada kromatis.
Glockenspiel
Akhirnya kita perlu pula mengetahui sebuah alat lagi yang larasannya seperti ksilofon yang dikenal dengan sebutan Glockenspiel. Kalau klisofon bilah-bilahnya terbuat dari kayu, glockenspiel terbuat dari logam yang dapat bersuara nyaring dan tinggi.
        Dengan sendirinya, alat-alat yang dipukul, yang digunakan dalam orkes simponi, masih dapat ditambah lagi jumlah dan jenisnya. Tiap-tiap alat dimaksudkan untuk memberi efek tertentu seperti yang terkandung dalam hati komponis. Misalnya yang dibuat dari kayu dalm bentuk kotak yang dipukul dengan tongkat pendek dari kayu pula. Kesan suaranya seperti bunyi alat yang dibawa penjual bakmi dorongan. Alat-alat seperti itu tentu saja tidak mengeluarkan nada yang jelas tingginya.
Vibraphone
Ada sebuah lagi alat yang menyerupai klisofon, yang biasanya juga digolongkan ke dalam keluargaperkusi, yaitu vibrafon. Vibra maksudnya; bergelombang. Alat inidigerakkan dengan daya listrik yang dapat memutar kipas-kipas yang ditempatkan di bawah tiap-tiap bilahan-bilahan vibrafon yang tidak dibuat dari kayu seperti bilahan-bilahan ksilofon, melainkan dari campuran dan logam timah. Suaranya jernih bervibrato (bergelombang atau bergetar) yang memperindah nada-nada yang dihasilkan. Vibrafon akhir-akhir ini menjadi sangat populer dalam band-band remaja di samping organ.
Organ alat musik yang digerakkan dengan daya listrik. Kelebihan organ dari vibrafon ialah, organ dapat menghasilkan berbagai macam warna nada. Ada nada-nada yang dapat meniru suara biola, suara klarinet, suara piano dan sebagainya. Pergantian warna itu digerakkan oleh suatu setel pipa-pipa yang dapat dikemudikan oleh
Orgen
pemainnya dengan satu tombol untuk tiap warna suara. Sistim demikian disebut register. Cara memainkannya tidak dipukul seperti memainkan ksilofon misalnya, melainkan seperti memainkan alat musik piano saja. akan tetapi secara teknis tidak sama. Sebab piano mengeluarkan suara perkusip. Yaitu suara pukulan yang tingkat kekerasannya sejak bilah-bilah (tut-tut) dipukul atau ditekan, menurun terus sampai menghilang. Sedangkan suara organ terus berbunyi dengan kekerasan suara yang sama selama bilah-bilah atau tut-tutnya masih ditekan jari. Dengan memainkan organ secara demikian, kita seakan-akan dapat menyuarakan sebuah orkes simponi.
Organ yang barusan kita bicarakan itu tentunya organ yang biasa kita temukan dalam band-band populer belakangan ini. prinsip memprodusir bunyi seperti bunyi organ demikian, mengingatkan kita kepada organ yang sekarang pun masih dipakai dalam gereja-gereja. Malahan dapat kitatelusuri kembali sampai ke zaman kuno. Salah satu alat tua demikian adalah kledi di pedalaman Kalimantan, yang dalam menghasilkan suara prinsipnya sama dengan organ.
Tentu saja organ di gereja-gereja,yang begitu besar konstruksinya, dengan pipa-pipa yang beberapa meter tingginya, tidak dapat diangkut ke mana-mana. Orang mencari akal untuk membuat suatu alat seperti organ itu, akan tetapi yang tidak begitu sukar untuk dipindah-pindah. Dengan bantuan daya listrik, bentuk pipa-pipa yang besar untuk menghasilkan suara, organ dapat diperkecil. Dengan demikian timbul suatu model organ yang bentuknyaa seperti piano, yang terkenal adalah Hammond Organ. Sekarang organ demikian sudah menjadi barang industri dan dibuat di beberapa negara. Bentuk yang sekarang, yang memiliki dua tingkat baris bilah (tuts), pada umumnya disebut elektone.
Akhirnya, mungkin pembaca akan bertanya pada diri sendiri, alat-alat musik seperti itu lantas digolongkan ke dalam alat apa? Misalnya elektone, piano, gitar dan suara manusia? Piano, oleh karena mengeluarkan suara melewati dawai-dawai, dapat dimasukkan ke dalam golongan kordofon. Elektone digolongkan ke dalam aerofon. Gitar jelas sebuah kardofon. Dan suara manusia oleh karena dihasilkan dengan udara, meskipun aneh kedengarannya, boleh digolongkan kedalam aerofon.



—KSP—
Kamis. 12 Maret 2020 – 10.00 WIB
REFERENSI:
Sumaryo L.E.
Komponis, Pemain Musik dan Publik
Pustaka Jaya – Jakarta 1978
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

"P U A S A" By Syaikh Abu Malik Kamal bin As Sayyid

http://kertasinga.blogspot.com-Senin, 05 April 2021-13:02 WIB Definisi Shiyam) 1 Shiyam dan shaum secara bahasa adalah menahan diri dari...

"KONTEN ENTRY BLOG"