Ki Slamet Blog - Guru SMPIT Annur Cimande Menulis
Selasa, 24 Juli 2018 - 04:02 WIB
Selasa, 24 Juli 2018 - 04:02 WIB
Sukses Kocok Perut Warga, Bima-Dedie Diminta Pertahankan Reog Sunda
Hallobogor.com, Bogor Gelak
tawa pecah di Gang Bengkel, Tajur, Bogor Timur, Kota Bogor. Ratusan warga
antusias menyaksikan pentas seni tradisional bertajuk Doremi (Dogdog Reog
Milenium) yang dihelat tim pemenangan pasangan calon Bima Arya-Dedie Rachim
(Badra), Sabtu (24/2/2018) sore.
Bahkan,
rintik hujan yang mengguyur Gang Bengkel pun tak menyurutkan animo warga dan
relawan pendukung Bala Badra untuk bersilaturahmi dan melihat secara langsung
hiburan kesenian rakyat yang nyaris punah itu.
Ya, adalah
Reog Sunda, kesenian khas Jawa Barat yang memadukan antara seni tari, lawak,
lagu, dan cerita sosial. Reog Sunda dimainkan oleh empat orang, yaitu seorang
dalang yang mengendalikan permainan, wakilnya dan dua pelawak atau disebut
bodor.
Di Kota
Bogor sendiri satu-satunya grup kesenian Reog Sunda yang masih eksis adalah
Mbah Karna dan kawan-kawan. Ia bersama tiga rekannya terus melestarikan
budaya tanah pasundan di tengah gempuran budaya luar.
Tentu saja,
penampilan sore tadi sangat ditunggu-tunggu oleh warga. Anak-anak, dewasa
hingga orangtua tampak antusias menyaksikan penampilan Reog Sunda. Sejumlah
pesan moral pun disampaikan para personel reog. Di mana dalam menyambut pesta
demokrasi ini harus tetap menjunjung tinggi keguyuban warga yang selama ini
menjadi identitas Kota Bogor.
“Saya baru
pertama kali menyaksikan Reog Sunda ini secara langsung. Mungkin kalau Kang Bima
Arya sering karena beliau yang menjadi Pembina grup kesenian ini. Reog Sunda
saya pikir bagus. Saya surprise, anak-anak sampai orangtua menikmati betul
pertunjukan ini. Ke depan perlu terus diperhatikan dan distimulus supaya ada
regenerasi,” ungkap Dedie di lokasi.
Sementara
itu, Iping (42) salah satu personel Reog Sunda Kota Bogor mengaku bangga bisa
diajak pasangan Badra untuk menggairahkan kebudayaan ini. “Kalau bukan kita,
siapa lagi yang mau melestarikannya. Kesenian reog ini tidak ada regenerasinya.
Lebih ke hanya orang-orang yang memiliki jiwa di kesenian ini,” ungkap Iping.
Ia
menambahkan, gempuran budaya luar yang dengan mudah diterima oleh generasi
kekinian, menambah budaya tradisional makin tenggelam. “Anak-anak muda kurang
interest. Salah satunya pengaruh budaya luar gampang masuk dan diterima
sehingga kearifan lokal makin ditinggalkan dan dianggap kuno. Saya
mengapresiasi pasangan Badra ini yang konsisten membumikan kembali Reog Sunda
di setiap kesempatan,” jelas Iping.
Tingkatkan
Kualitas Drainase
Sebelum
menyaksikan kesenian Reog Sunda, Dedie Rachim menyampatkan diri menyapa warga
Tajur. Umumnya warga mengaku sudah cukup merasakan proses pembangunan pada saat
pemerintahan sebelumnya. “Sebetulnya hampir sama tipikal setiap warga kalau ditanya
harapan. Di Tajur ini, rata-rata memang ada permintaan untuk meningkatkan
kualitas drainase dan sanitasi lingkungan. Tentu pemerintah ke depannya harus
memperhatikan. Artinya mereka sudah cukup layak, tapi ingin kualitas
ditingkatkan. Permintaan tidak banyak,” jelas Dedie.
Ia pun
meminta warga yang ditemuinya untuk selalu menjaga kondusifitas dalam pesta
demokrasi ini. “Harus sama-sama melakukan proses ini dengan tenang dan
damai. Jangan membebani masyarakat dengan persoalan baru. Intinya tidak boleh
saling menghujat, tidak menebar kebohongan dan kebencian, tidak ada politisasi
SARA. Walau berbeda-beda partai dan pilihan, harus rukun,” pungkasnya. (cep)
Hallobogor.com, Bogor
Sabtu, 24/2/2018|20:25 WIB